Jakarta, NU Online
Indonesia merupakan negara yang majemuk. Presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa negara yang berpenduduk 263 juta itu terdiri dari 714 suku dan lebih dari 1100 bahasa daerah. Mereka tinggal di 17 ribu pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Mengingat banyaknya elemen tersebut, Presiden mengingatkan pentingnya menjaga persatuan. "Aset terbesar kita itu persatuan, kerukunan, dan persaudaraan, selain sumber daya alam yang melimpah," ujarnya saat memberikan sambutan pada Dzikir dan Doa untuk Bangsa di Istana Merdeka, Jakarta, pada Rabu (1/8).
Walikota Solo dua periode itu membandingkan keadaan Indonesia dengan negara lain. Afghanistan, misalnya, yang terdiri dari tujuh suku, tetapi keadannya masih belum damai.
Oleh karena itu, ia menegaskan agar masyarakat Indonesia tetap menjaga aset terbesarnya itu. "Jangan hanya karena pilihan walikota, pilihan bupati, pilihan gubernur, pilihan presiden, kita jadi tidak saling menyapa antartetangga, antarkampung," katanya berulang-ulang.
Pasalnya, menurut pria kelahiran 21 Juni 1961 itu, masyarakat Indonesia kerap lupa dengan kemajemukannya. "Negara ini negara besar," tegasnya.
Kemajemukan itu, lanjutnya, merupakan anugerah yang Allah berikan kepada bangsa Indonesia. Karenanya, ia mengatakan "Patut kita syukuri bersama."
Acara yang digagas Majelis Dzikir Hubbul Wathan (MDHW) itu dihadiri para ulama antara lain KH Ma’ruf Amin, KH Maemun Zubair, KH Abdullah Kafabih Mahrus Ali, Habib Ahmad al-Habsyi dan ribuan jamaah dari berbagai daerah. (Syakir NF/Zunus)