Nasional

Presiden Jokowi: Keutuhan Indonesia Tak Lepas dari Peran Ulama dan Santri

Ahad, 21 Oktober 2018 | 15:45 WIB

Bandung, NU Online
Di tengah serangan faham radikal, semangat persatuan dalam berbangsa dan bernegara harus dijaga lebih kuat. Salah satu elemen bangsa yang berhasil mengawinkan keberagamaan dan semangat kebangsaan adalah kaum santri. Demikian diingatkan presiden Jokowi pada acara malam puncak peringatan Hari Santri Nasional 2018 di lapangan Gasibu Bandung, Ahad (21/10).

Presiden Jokowi yang mengenakan sarung, peci, dan baju koko dibalut jas hitam meminta semua elemen bangsa menjaga rumah bersama yang bernama NKRI. “Aset kita yang terbesar adalah persatuan, kerukunan, dan persaudaraan, maka mari kita jaga ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathaniyah,” katanya di depan 10.000 pengunjung yang memadati lapangan Gasibu sejak sore.

Indonesia, lanjut Jokowi, adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dan salah satu elemen terpenting yang menjaga keutuhan NKRI adalah kaum santri. “Kita patut bersukur karena bangsa indonesia dipandu tradisi kesantrian yang kuat,” katanya. 

Bangsa Indonesia itu berbeda-beda, jangan sampai perbedaan itu memecah belah. Indonesia memiliki 17 ribu pulau, 34 provinsi, 514 kabupaten/kota, 263 juta penduduk yang terdiri dari 714 suku, 5 agama, dan 1100 bahasa. Menurut Jokowi, orang sering lupa bahwa kita saudara sebangsa dan setanah air. 

Menurut Presiden, persatuan Indonesia yang terbangun sejauh ini tak lepas dari peran ulama. Sejarah mencatat peran besar mereka pada masa perjuangan kemerdekaan kemudian menjaga pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Dalam pidatonya Jokowi menyampaikan, peringatan Hari Santri merupakan penghormatan dan rasa terima kasih negara kepada para alim ulama, kiai, habaib, ajengan dan para santri serta seluruh komponen bangsa yang mengikuti keteladanan mereka. 

“Menjadi santri adalah menjadi islam yang cinta bangsa, muslim yang relijius, dan pelajar yang ahlaqul karimah sebagaimana diteladankan para kiyai kita,”  katanya.

Untuk itu pemerintah telah memiliki beberapa program yang mendorong kemajuan pesantren secara kongkrit, misalnya Bank Wakaf Mikro dan Balai Latihan Ketrampilan yang saat ini tengah diuji coba.

“Kita akan terus mengevaluasi apakah itu semua berguna atau tidak. “Persaingan antar negara yang begitu ketat membutuhkan sumberdaya manusia yang tidak saja berahlaqul karimah tetapi juga berskill tinggi,” katanya.

Menteri Agama yang juga berbicara pada acara itu mengatakan, isu perdamaian diangkat guna merespon kondisi bangsa yang sedang ditimpa berbagai persoalan hoax, ujaran kebencian, propaganda kekerasan, dan terorisme.

Acara Hari Santri Nasional 2018 yang bertema Bersama Santri Damailah Negeri ini, kata Menag, bukan hanya seremoni belaka, tetapi penegasan bahwa bernegara itu sama pentingnya dengan beragama.

“Di malam Santriversary ini saya mengajak seluruh santri agar jangan pernah lelah mencintai indonesia,” katanya.

Peringatan Hari Santri Nasional pertama kali dilakukan tahun 2015 lalu, setelah presiden Joko Widodo menandatangani Kepres No 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri yang jatuh setiap tanggal 22 Oktober. (Red: Fathoni)


Terkait