Pendiri Pusat Studi Qur’an (PSQ) Prof HM Quraish Shihab. (Foto: Tangkapan layar YouTube Najwa Shihab)
Jakarta, NU Online
Pendiri Pusat Studi Qur’an (PSQ) Prof HM Quraish Shihab memaparkan tiga tuntunan yang ada di dalam surat Ad-Dhuha. Surat yang secara bahasa berarti saat matahari ketika naik sepenggalah ini cukup popular di kalangan umat Islam.
Hal tersebut disampaikan Prof Quraish dalam acara Shihab & Shihab bertajuk Kata Abi Quraish, Tafsir Surah Ad-Dhuha: Saat Mencintai Sisakan Ruang Untuk Dibenci pada kanal YouTube Najwa Shihab, Senin (12/4/2022).
“Pertama, perhadap anak yatim, jangan sewenang-wenang. Kedua, terhadap peminta, jangan menghardik. Ketiga, terhadap nikmat Tuhan, sampaikanlah. Dua yang didahulukan itu terkait dengan manusia, dan satu yang terakhir berkaitan dengan Tuhan,” terangnya.
Penulis Tafsir Al Misbah itu mengatakan, makna tiga ayat terakhir dari surat Ad-Dhuha itu memiliki makna sebagai tuntunan untuk mendahulukan nilai kemanusiaan dari pada keberagamaan jika tidak dapat dikompromikan.
Menurut cendekiawan muslim Indonesia itu, seseorang yang harus membayar zakat termasuk hak Tuhan. Akan tetapi, di sisi lain ada orang yang butuh diutangi, maka yang menjadi prioritas diberi adalah orang yang membutuhkan utangan.
“Dahulukan kemanusiaan, baru hak Allah. Karena hak Allah dasarnya adalah toleransi, sedangkan hak manusia itu dasarnya tuntutan,” jelas doktor jebolan Universitas Al-Azhar Kairo Mesir ini.
Oleh karena itu, menurut dia, ketika manusia berdosa dan selama ia meminta ampunan pasti akan diampuni oleh Tuhan. Berbeda jika seseorang berutang atau ingin meminta maaf kepada orang lain, belum tentu diberi atau dimaafkan.
Prof Quraish menerangkan, dalam ayat terakhir surat Ad-Dhuha memiliki makna nikmat yang diberikan Tuhan harus disampaikan dengan cara bersedekah dan menggunakan pakaian yang bagus.
“Bukan tujuan pamer. Tetapi menampakkan bahwa kita bersyukur. Tuhan senang melihat dampak anugerah-Nya pada diri seseorang. Jadi, jangan kikir pada dirimu sendiri. Kalau bisa berpakaian bagus, maka pakailah dan jangan berlebihan atau pamer,” tandasnya.
Pria asal Sidrap Sulawesi Selatan ini menegaskan, Tuhan itu maha cantik dan mencintai kecantikan. Sehingga jangan ada yang mengharamkan perhiasan yang sudah dianugerahkan Tuhan kepada hamba-Nya.
“Karena itu kita perlu hidup di dunia dengan nyaman. Agama tidak melarang selama tidak berlebihan,” pungkas Prof Quraish.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori