Prof Quraish Shihab: Segala Sesuatu tentang Nabi Muhammad adalah Sirah
Selasa, 19 Oktober 2021 | 07:45 WIB
Pakar Tafsir Al-Qur’an, Profesor Muhammad Quraish Shihab. (Foto: tangkapan layar Youtube Quraish Shihab)
Jakarta, NU Online
Pakar Tafsir Al-Qur’an, Profesor Muhammad Quraish Shihab mengatakan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan Nabi Muhammad saw dinamakan dengan Sirah. Atau bisa diartikan secara sederhana Sirah adalah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW.
"Jadi perjalanan hidup Nabi ini mulai beliau lahir sampai wafat. Itu Sirah," katanya dalam video yang diunggah melalui kanal YouTube miliknya dilihat NU Online, Selasa (19/10/2021).
Ia menjelaskan kata Maulud yang berarti sebagai uraian yang menyangkut perjalanan hidup Nabi Muhammad saw yang penekanannya pada sosoknya. Sedangkan Maulid merupakan informasi-informasi yang diterima berkaitan dengan perjalanan hidup Nabi Muhammad saw.
Prof Quraish juga menguraikan pendapat sejarawan yang pernah berkata, 'Kalau Anda bisa menangkap, dan membayangkan sejarah dalam benak Anda, maka Anda telah menambahkan usia melebihi usia Anda’.
“Karena orang-orang yang merasa seakan hidup pada masa lampau, adalah karena mereka mengetahui sejarahnya,” jelas penulis buku Membumikan Al-Qur'an: Fungsi dan Kedudukan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat itu.
Prof Quraish mengungkapkan, tujuan dari mempelajari sejarah adalah untuk menggali apa yang terdapat dibalik sejarah itu. Karena di dalam Al-Qur'an sendiri hampir tidak berbicara tentang tempat, sosok tetapi yang dibicarakan adalah peristiwa.
"Siapa itu Ashabul Kahfi, disebut tidak namanya, tanggal berapa itu, tidak ada tanggalnya, tidak ada waktunya," ungka Pengasuh Pondok Pesantren Bayt Al-Quran, Pondok Cabe, Tangerang Selatan itu.
Berkaitan dengan peringatan Maulid Nabi, Prof Quraish menerangkan bahwa pelaksanaannya sah dilakukan asal tidak berlebihan. Karena pada prinsipnya peringatan Maulid Nabi adalah untuk memperkenalkan bagaimana akhlak Baginda Nabi Muhammad saw yang dapat menjadi tauladan bagi umat manusia.
“Di Indonesia sendiri, Maulid Nabi begitu beragam sebagai perwujudan dari bentuk kesyukuran, kenikmatan, serta mendidik anak anak untuk mencintai rasul,” terang pemilik karya monumental Tafsir Al Misbah itu.
Dia juga menegaskan, inti dari perayaan Maulid Nabi adalah untuk memperkenalkan Nabi Muhammad saw, karena kenal adalah pintu untuk mencintai. Sehingga dengan mengenal Nabi Muhammad saw, maka umat Muslim kini bisa mencintainya.
“Karena itu, menjadi wajib kita mengenal beliau (Nabi Muhammad saw). Apa artinya kita disuruh bersyahadat. Anda berkata ‘saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad rasul.’ Kenal gak (dengan) Nabi Muhammad. Saksi Anda saksi bohong gak kenal dia. Maka kita ingin memperkenalkannya,” tegas alumnus Universitas Al Azhar Kairo, Mesir itu.
Kendati demikian, Prof Quraish juga mengkritik perayaan Maulid Nabi yang berlebih-lebihan. Seperti membuat acara makan besar-besaran yang juga menghabiskan dana besar, sementara lingkungannya membutuhkan infrastruktur pemberdayaan seperti poliklinik, taman baca, dan lain sebagainya.
“Itu lebih baik dari pada kita habiskan uang untuk merayakan. Kita punya perayaan maulid saat ini, kita memperkenalkan Nabi Muhammad saw,” tandas Profesor kelahiran Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, 16 Februari 1944 itu.
Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Fathoni Ahmad