Direktur Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Prof Muhammad Ali Ramdhani pada pembukaan Pelatihan Mentoring/Motivator Muda Moderasi Beragama di Hotel Arch Bogor Jawa Barat, Rabu (24/11/2021) (Foto: NU Online/Kendi Setiawan)
Bogor, NU Online
Direktorat Kurikulum Sarana dan Prasarana, Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama menyelenggarakan Pelatihan Mentoring/Motivator Muda Moderasi Beragama Tahun 2021. Pelatihan berlangsung di Hotel Arch Bogor Jawa Barat, 24-27 November 2021.
Direktur Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Prof Muhammad Ali Ramdhani mengatakan kegiatan ini dilakukan untuk mencari talenta muda yang akan menjadi Duta Harmoni atau Duta Moderasi Beragama. Sebanyak 50 peserta kegiatan ini adalah para siswa MA dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka disaring dari 750 pendaftar yang pada tahap seleksi awal dipilih menjadi 100 orang, dan seleksi berikutnya menjadi 50 orang.
Seleksi dilakukan melalui proposal yang diajukan dalam bentu vlog dan video yang menggambarkan cara pandang dan best practice mereka terhadap persoalan perbedaan di komunitas mereka. Selain itu bagaimana cara menyelesaikan permasalah, sehingga terbentuk harmoni dan kebersamaan menjadi wujud apa yang mereka ikhtiarkan di masyarakatnya.
"Mereka memiliki talenta yang baik utuk menularkan pemahaman dan pengalaman mereka bagaimana membangun sebuah komunitas, masyarakat yang berlandaskan nilai moderasi beragama," kata Ali Ramdhani saat wawancara usai pembukaan kegiatan, Rabu (24/11/2021) malam.
Para peserta adalah siswa Madrasah Aliyah yang merupakan para remaja dan generasi muda. Kalangan itu perlu dilibatkan karena pemilik masa depan. Melalui generasi muda itulah proses pembangunan berjalan harmoni dan hal ini menjadi prasasat mutlak dalam pembangunan.
Dalam pelatihan tersebut peserta akan melalui pencerahan tentang nilai-nilai mdoerasi beragama dengan pendekatan pakar. Tak kalah penting, kata Ramdhani, bagaimana di antara peserta juga melakukan proses pembelajaran.
"Bahasa-bahasa dinamika-dinamika antardaerah mereka presentasikan untuk sama-sama belajar bagaimana menangani problematika dengan dinamika yang terjadi di daerah masing-masing," ujarnya.
Usai kegiatan para peserta akan menyasar di sekolah dan komunitas mereka. “Misalnya peserta dari Bali yang berbeda dengan daerah lain, penganut agama Hindu lebih banyak. Peserta mengenalkan moderasi beragama ke umat Hindu, ke adik kelas, teman sekelas, kakak kelas, bahkan lingkungannya,” ujarnya.
Ramdhani juga menyampaikan hasil riset Alvara Research Center yang menyebutkan bahwa sebanyak 23,4 persen remaja menyepakati jihad dan tegaknya khilafah di Indonesia. "Ini tanda adanya sinyal atau alarm berbahaya karena bentuk negara sebagai bagian kesepakatan kita itu dilanggar oleh anak bangsa dan memahami agama secara tidak baik. Maka program moderasi hadir menjadi program prioritas Kementerian Agama yang dimandatkan kepada Kemenag, bukan saja program prioritas nasioanl tetapi juga prioritas Kementerian Agama,” bebernya.
Ia menyinggung moderasi beragama pada dasarnya adalah cara pikir, cara pandang, dan cara tindak dalam menghadapi suatu persoalan. Moderasi beragama adalah satu hal esesnsial yang mengejawantahkan nilai-nilai keagamaan yang baik dan benar.
Nabi Muhammad saw ketika memperoleh mandat sebagai rasul, lanjut Ramdhani, adalah melalui perintah Allah yaitu "Kami tidak mengutus engkau melainkan semata-mata untuk memberi rahmat bagi seluruh alam."
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Alhafiz Kurniawan