Jakarta, NU Online
Gerhana Bulan Total (GBT) bakal terjadi pada Rabu (26/5) petang. Masyarakat Indonesia dapat menyaksikan GBT mulai pukul 18.08 WIB hingga 18.26 WIB. Hal ini berdasarkan data yang dihimpun dari Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Nahdlatul Ulama Jepara, Jawa Tengah.
Gerhana Bulan sendiri sudah dimulai dari pukul 16.43 WIB dan akan berakhir pada pukul 19.51 WIB. Total durasi gerhana berlangsung selama 3 jam 8 menit.
GBT terjadi saat bulan berada di titik nodal kala istikbal. Hal tersebut membuat cakram bulan tepat sepenuhnya memasuki kerucut bayangan inti (umbra) bumi di puncak gerhana.
Dalam konfigurasi ini, cahaya matahari yang terblokir bumi membentuk dua bayangan, yaitu umbra (bayangan inti) dan penumbra (bayangan tambahan). Pada puncak gerhana, ketampakan bulan seakan-akan sangat meredup di langit, berganti menjadi warna merah gelap ataupun gelap sepenuhnya yang bergantung kepada derajat pengotoran udara global pada saat itu.
Sebagaimana diketahui, Gerhana Bulan (al–khusuf al–qamar) terjadi saat bumi, bulan dan matahari benar-benar sejajar dalam satu garis lurus ditinjau dari perspektif tiga dimensi dengan bumi berada di antara bulan dan matahari.
Dalam khazanah ilmu falak, Gerhana Bulan terjadi bersamaan dengan oposisi bulan–matahari (istikbal). Bulan menempati salah satu di antara dua titik nodalnya, titik potong khayali di langit, sedangkan orbit bulan tepat memotong ekliptika (masir asy–syams), yakni bidang edar orbit bumi dalam mengelilingi matahari.
Sebagai akibat kesejajaran tersebut, pancaran sinar matahari yang menuju ke bundaran bulan akan terhalangi oleh bumi. Maka, peristiwa Gerhana Bulan selalu terjadi di malam hari. Mengingat ukuran bumi lebih besar dibanding bulan dan bergantung kepada geometri pemblokiran sinar matahari saat gerhana, maka bagian bumi manapun yang sedang mengalami malam hari dapat menyaksikan peristiwa gerhana bulan.
Geometri gerhana menyebabkan adanya fase awal gerhana dan fase akhir gerhana, sehingga ada kawasan yang tak mengalami seluruh fase gerhana secara utuh karena gerhana terjadi dalam proses terbit maupun terbenamnya bulan.
Dalam setiap tahun Hijriyyah, terjadi 12 peristiwa istikbal. Namun, tidak setiap istikbal menghasilkan Gerhana Bulan. Sebab, orbit bulan membentuk sudut 5 derajat 14 menit terhadap ekliptika sehingga bulan tidak selalu menempati salah satu di antara dua titik nodalnya manakala istikbal terjadi.
Situasi saat istikbal terjadi bersamaan dengan bulan menempati atau berdekatan dengan salah satu titik nodalnya hanya terjadi minimal dua kali dan maksimal empat kali dalam setiap tahun Hijriyyah.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin