Al-Mursyid Abu Syekh H Hasanoel Basri HG (Abu MUDI) salah seorang Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). (Foto: NU Online/Helmi Abu Bakar)
Bireuen, NU Online
Kewajiban sebagai murid atau anak didik untuk menghormati gurunya bukan hanya saat masih berstatus sebagai santri atau murid dalam dunia pendidikan. Namun, pasca menjadi alumni pun guru masih wajib dihormati. Dan ini adalah salah satu jalan dalam meraih keberkahan ilmu dan perjalanan hidup kita.
Demikian di antara pesan yang disampaikan Al-Mursyid Abu Syekh H Hasanoel Basri HG (Abu MUDI) salah seorang Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam pengajian rutin Tastafi di Balee Al-Bakrie Samalanga Kabupaten Bireuen.
"Kini banyak orang berilmu, namun banyak pula yang kurang memberi manfaat hidupnya, baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Itu karena ilmunya kurang berkah. Karenanya, seorang murid atau santri mesti mengutamakan serta merawat keberkahan ilmu," terang Abu MUDI ulama Aceh, Ahad (3/9/2023).
Mudir Ma'had Ulum Diniyah Islamiyah (MUDI) Mesjid Raya Samalanga itu mengatakan keberadaan seorang santri atau anak didik berkewajiban menghormati gurunya, juga orang tuanya.
Pendiri Kampus IAI Al-Aziziyah Samalanga ini menambahkan dalam kitab Al-Adab Asy-Syar'iyyah dijelaskan, bahwa sebagian Ulama Syafii menyebutkan bahwa kedudukan guru sangat tinggi, bahkan dari orang tua. Karena guru menjadi sebab keselamatan murid di kehidupan yang abadi, sedangkan orang tua adalah sebab kehidupan di dunia yang sebentar. Atas dasar itu, murid harus patuh pada guru, terlebih dalam masalah ilmu.
"Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menyebutkan sosok guru adalah yang memberi manfaat pada kehidupan akhirat. Artinya yang mengajarkan ilmu akhirat atau ilmu dunia untuk akhirat, bukan untuk tujuan dunia," ulasnya.
Abu MUDI mengajak kepada jamaah juga santri-santrinya untuk selalu menghormati dan mamuliakan gurunya. Meskipun sudah meninggal dunia. "Jangan pernah lupakan jasa guru dan menghormatinya meskipun telah tiada, berziarah ke kubur, mendoakan dan banyak jalan lain mengormati sang guru yang telah almarhum, namun apabila masih hidup usahakan tabarukan dan berkunjung ke kediamannya meskipun dalam durasi waktu saat lebaran atau momentum lainnya," ajaknya.
Mursyid tarekat Naqsyabandiyah itu kembali mengingatkan bahwa salah satu jalan menggapai keberkahan ilmu adalah dengan menghormati dan memuliakan gurunya. Guru adalah orang yang menjadi perantara ilmu-ilmu Allah bisa terserap oleh murid-muridnya. Dari sinilah adab dari seorang murid atau santri harus terus dirawat.
"Menghormati di sini dalam rangka mendapatkan berakahnya guru atau kiai kita. Guru atau kiai pasti mendoakan murid atau santrinya. Ketika doa guru dan murid sudah bersinergi, Insyaallah keberkahan ilmu terkristal dengan sendirinya," tegasnya.