Jombang, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar optimis perhelatan Muktamar ke-34 NU pada 22 Oktober 2020 mendatang akan berlangsung maksimal. Pasalnya pembiayaan forum tertinggi di lingkungan NU itu akan dibiayai dengan mandiri melalui Koin Muktamar yang sudah diluncurkan beberapa waktu lalu. Hingga kini Koin Muktamar itu masih terus berlangsung di beberapa kabupaten/kota dan provinsi.
"Saya kemarin dapat laporan dari Kiai Marzuki (Ketua PWNU Jawa Timur), Jawa Timur saja sudah berhasil mengumpulkan 6 miliar," katanya di sela menyampaikan pidatonya di Haul ke-41 KH Bisri Syansuri, di halaman Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar, Jombang, Jawa Timur, Senin (24/2) malam.
Biaya Muktamar NU yang nanti akan digelar di Lampung itu setidaknya akan memerlukan uang 20 miliar. Semua pendanaan tersebut kali ini bersumber murni dari internal NU dan panitia Muktamar bertekad tidak meminta bantuan pihak luar. Warga NU dengan jumlah puluhan juta itu diyakini mampu membiayai segala kebutuhan Muktamar.
"Kalau di Jawa Timur saja sudah 6 miliar, dan belum lagi di provinsi lainnya, saat ini uang 20 miliar sangat mungkin sudah di tangan kita, dan itu sudah cukup untuk membiayai Munas dan Muktamar," jelas Kiai Mif, sapaan akrabnya.
Diakuinya, respons warga NU sangat bagus terhadap adanya Koin Muktamar. Ini dibuktikan dengan tingkat antusias warga NU dalam menyukseskan Koin penggalangan dana itu cukup tinggi, bahkan di sejumlah daerah dan wilayah dapat dipastikan menyelenggarakan Koin Muktamar, baik lewat kirab atau cara lain yang disusun pengurus NU di masing-masing kabupaten/kota dan provinsi.
"Waktu peluncuran Koin Muktamar di PBNU, samalam dapat 2 miliar. Itu semalam saja. Dan ini masih terus berjalan di beberapa provinsi," ungkapnya.
Kiai Mif menyebut, Koin Muktamar itu adalah salah satu langkah konkret NU dalam mewujudkan kemandirian berjamiyah yang belakangan seringkali digaungkan oleh PBNU. Di samping itu, sebagai bukti bahwa NU merupakan organisasi keagamaan dan kemasyarakatan terbesar di Nusantara yang mampu membiayai sejumlah kebutuhannya secara mandiri.
"NU harusnya dari dulu seperti ini. Tapi tidak apa-apa, yang pasti kita sudah melangkah membangun kemandirian," ungkapnya.
Ke depan, kata dia, kemandirian tersebut tidak hanya berhenti pada momentum Muktamar, namun juga akan merambah pada kemandirian di lingkungan warga NU sendiri dengan memaksimalkan potensi dan sumber daya pengurus serta warganya. Kekuatan ekonomi Nahdliyin menurutnya mulai harus mendapatkan perhatian lebih di masing-masing tingkatan kepengurusan.
"Ini yang menjadi perjuangan NU bagaimana yang di bawah terus berkembang," tuturnya.
Hadir pada Haul Mbah Bisri ini ribuan masyarakat dari berbagai daerah, termasuk para alumni Pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar. Mereka tampak memadati kawasan pondok hingga ke luar pondok. Hadir pula KH Bahaudin Nur Salim (Gus Baha) dan KH Abdul Qayyum, Rembang. Mereka berdua menyampaikan ceramah agama.
Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Muhammad Faizin