Rais Aam PBNU Ajak Pengurus Mantapkan Spiritual untuk Berkiprah di Dunia
Selasa, 21 Juni 2022 | 12:00 WIB
Jakarta, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar mengajak kepada seluruh pengurus PBNU untuk memantapkan diri dalam berkiprah di skala global.
“Makin berat Amanah yang kita tanggung. Karena kemarin kita masih menghadapi Indonesia, kita sudah lama dinantikan kiprah kita di dunia ini,” katanya saat memberikan taujihat (pengarahan) pada Pembukaan Rapat Pleno PBNU dan Kick Off di Hotel Sultan, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (20/6/2022).
Dalam memperkuat semangat para pengurus, Kiai Miftach mengutip Al-Qur’an Surat Al-Anfal ayat 45-47. Ayat tersebut mewasiatkan penguatan spiritualitas atau ruhaniyah umat Islam.
“Beberapa ayat ini adalah sebuah tekanan agar kita memperkaya diri dengan kekuatan-kekuatan ruhaniyah kita. Bahkan di dalam surat ini, perbandingan antara kekuatan madiyah (material) yang begitu banyak ragamnya, kalau kita gambarkan di layar ini sampai Subuh, itu masih lima persen dari kekuatan ruhiyah spiritual kita,” ujarnya.
Oleh karena itu, manakala berhadapan dengan kelompok tertentu, apalagi di kelompok dunia ini harus dihadapi. “Jangan melarikan diri, tetapi mantapkan diri, iringi dengan memperbanyak dzikrullah,” katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachussunnah Surabaya, Jawa Timur itu menegaskan bahwa hal tersebut merupakan kekuatan spiritual yang perlu dimiliki di saat mengharapkan suksesnya menyongsong satu abad.
Lebih lanjut, Kiai Miftach menyampaikan bahwa ayat tersebut juga memerintahkan untuk menaati aturan dan menghindari pertentangan sekecil apapun. “Karena ini akan mengakibatkan nama harummu akan turun, akan lemah, akan menjadikan lumpuhnya gerakan kalian dan menurunnya nama harum kalian,” katanya.
Setelah itu, pengurus PBNU juga harus bersabar dalam menggerakkan roda organisasi yang didirikan pada 16 Rajab 1344 H ini. Mendukung ini, Kiai Miftach mengutip sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi, bahwa sabar dalam menjalankan tugas ini lebih baik daripada beribadah sendiri selama 40 tahun.
“Andaikan kalian bersabar di dalam mengemban amanah berdakwah, amanah untuk bagaimana kita bisa menjalankan tugas Nahdlatul Ulama menjadi sebuah organisasi terkemuka di dunia ini, sebagaimana lambang dari NU,” katanya.
Sebagaimana diketahui, huruf dhad (ض) pada lambang NU melewati gambar bumi. Terlebih, NU saat ini punya tema besar, yakni merawat jagat membangun peradaban. “Dhadnya ini melampaui jagat. Kita punya tugas melampaui batas. Paling tidak mendhad-kan dunia. Ini tentu perlu kesabaran,” katanya.
Kesabaran dalam mengemban misi dakwah ini diteladankan langsung oleh Imam Ghazali dan Syekh Abdul Qadir. Keduanya ada kesamaan di dalam penyebaran dakwah, maka lahirlah seorang Panglima Shalahuddin Al-Ayyubi. “Kita temukan konsep-konsep melahirkan generasi andal, unggul, pemenang. Lahirlah panglima besar Salahuddin al-Ayyubi,” katanya.
Di samping itu, ada sosok Sultan Nuruddin yang saat itu Salahuddin menjadi panglimanya. “Ini dua figur yang hasil daripada berkelanjutannya konsep itu sehingga Baital Maqdis bisa diambil kembali. Itu karena kuat ruhiyah,” katanya.
Berikutnya, Kiai Miftach menegaskan bahwa kekuatan fisik tanpa spiritual hanya akan menghalangi kebaikan-kebaikan di bumi.
Beberapa wasiat penguatan ruhiyah ini sebagai agenda utama yang harus dikerjakan oleh pengurus untuk diaktualisasikan sebagai program unggulan.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Aiz Luthfi