Jakarta, NU Online
Ketua PBNU KH Abdul Manan A. Ghani mengatakan PBNU memutuskan akan menggelar Rapat Pleno 2019 di Pondok Pesantren Al-Muhajirin, Purwakarta, Jawa Barat pada 19 sampai 22 September mendatang.
“Tempat rapat pleno PBNU bisa dimana saja, bisa di Jakarta atau di luar Jakarta, tak ada ketentuan itu, yang penting dilaksanakan,” katanya selepas mengikuti rapat gabungan syuriyah dan tanfidziyah, yang menunjuknya menjadi salah seorang anggota SC, di PBNU, Jakarta, Kamis (4/7).
Menurut Kiai Manan, pilihan PBNU pada pesantren tersebut atas beberapa pertimbangan, di antaranya karena faktor kedekatan dengan Jakarta, transportasi menuju ke lokasi terbilang gampang. Para peserta yang dari luar kota yang menggunakan bus atau kereta api akan mudah menuju lokasi. Sementara yang menggunakan pesawat terbang, bisa memilih dari Bandung dan Jakarta.
“Kepengurusan Kiai Said kan kembali ke pesantren, memperkuat pesantren, sehingga segala kegiatan akan dipusatkan di pesantren, maka rapat pleno diadakan di pesantren,” jelasnya.
Menurut Kiai Manan, Pesantren Al-Muhajirin ini sangat mumpuni untuk dijadikan lokasi kegiatan nasional. Selain memiliki area pesantren yang luas yakni 5 hektar, tersedia juga ruangan-ruangan yang memadai untuk peserta. Juga tempat parkiran yang cukup luas.
Pesantren tersebut, lanjutnya, memiliki ruangan-ruangan luas yang memiliki pendingin ruangan dan kamar mandi yang layak pakai. Sementara untuk penginapan para masyaikh, lokasi pesantren tidak jauh dari hotel karena dekat dengan pusat kota Purwakarta.
“Tempat Kiai Abun ini biasa dijadikan tempat kegiatan skala nasional. Kami pernah mengadakan pelatihan masjid, ToT muharik (penggerak) masjid dan dakwah, seminar Islam Nusantara, pra- munas, bahtsul masail di pesantren itu,” katanya.
Pesantren tersebut telah berkembang sehingga terdapat di empat lokasi, masing-masing berada d Purwakarta. Sementara yang akan dijadikan tempat rapat pleno di Al-Muhajirin 2.
Lebih lanjut, Kiai mengatakan, kegiatan tersebut akan diikuti sekitar 200 peserta yang diikuti pengurus tingkat pusat yaitu mustasyar, syuriyah, ‘awan, tanfidziyah, dan pengurus lembaga dan banom.
Pembukaan kegiatan tersebut, menurut Kiai Manan akan mengundang masyarakat umum dan rencananya akan ada bazar, pentas seni.
Sementara Sekretaris Jenderal PBNU H Helmy Faishal Zaini di ruangannya, gedung PBNU, mengatakan, pada rapat pleno tersebut akan dibahas segala hal yang terkait muktamar seperti tema, waktu dan tempat, tapi tidak hanya itu, kita akan membahas hal-hal lain juga, baik yang internal maupun eksternal.
“Yang internal misalnya mengevaluasi kinerja lembaga dan badan otonom, juga masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan, pertahanan dan keamanan,” jelasnya.
Meski demikian, sambungnya, rapat gabungan tersebut telah membuat ancangan bahwa muktamar NU akan diselenggarakan pada September 2020.
Menurut dia, sampai saat ini ada lima daerah yang mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah muktamar NU, yaitu Lampung, Sumatera Selatan, Banten, Yogyakarta, dan Kepulauan Riau. Di antara lima daerah tersebut, Lampung, Banten, dan Kepulauan Riau belum pernah menjadi tempat muktamar. (Abdullah Alawi)