Jakarta, NU Online
Hari Rabu terakhir pada bulan Shafar dikenal dengan sebutan Rebo Wekasan. Hari tersebut diyakini sebagian orang sebagai hari turunnya berbagai bala. Peristiwa tersebut pada tahun 1446 H ini akan jatuh pada Rabu (4/9/2024).
Disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Qamar ayat 19, terdapat hari nahas yang terus-menerus. Mengutip Imam al-Bagawi dalam tafsir Ma’alim al-Tanzil menceritakan, Ustadz Yusuf Suharto dalam artikelnya berjudul Penjelasan Mengenai Rebo Wekasan menyebut bahwa kejadian itu (fi yawmi nahsin mustamirr) tepat pada hari Rabu terakhir bulan Shafar.
Istilah hari nahas yang terus menerus atau yawmi nahsin mustammir juga terdapat dalam hadits nabi yang dikutip dalam kitab Faidh al-Qadir. Rasulullah bersabda, “Akhiru Arbi’ai fi al-syahri yawmu nahsin mustammir (Rabu terakhir atau Rebo Wekasan setiap bulan adalah hari sial terus).”
Sebagaimana diketahui, bulan Shafar sejak masa Jahiliyah kuno, termasuk bangsa Arab, diyakini sebagai bulan sial. Anggapan sial ini telah terkenal pada umat Jahiliah dan sisa-sisanya masih ada di kalangan Muslimin hingga saat ini.
Sementara itu, Syekh Abdul Hamid Quds, dalam kitabnya Kanzun Najah was-Surur fi Fadhail Al-Azminah wash-Shuhur, menjelaskan bahwa banyak para wali Allah yang mempunyai pengetahuan spiritual yang tinggi (kasyaf) mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah swt menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar.
Tak ayal, para ulama menganjurkan kepada umat Islam agar melakukan shalat sunnah yang diniatkan shalat mutlak atau shalat hajat empat rakaat dengan bacaan surat dan jumlah yang ditentukan.
Baca Juga
Tentang Tradisi Rebo Wekasan
Namun, keterangan di atas berbeda dengan hadits sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah berikut.
"Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa." (HR Imam Bukhari dan Muslim).
Dari sisi lain, keyakinan Rabu terakhir sebagai hari bala justru membuka pintu bala’ itu sendiri. Pasalnya, sebagaimana dijelaskan Ustadz Abdul Wahab Ahmad dalam artikelnya di NU Online berjudul Rebo Wekasan Hari Untung Bukan Buntung, Allah swt memang menyesuaikan rahmat atas seorang hamba sesuai dengan prasangka hamba itu sendiri. Disebutkan dalam sebuah hadits qudsi, "Aku (Allah) sesuai persangkaan hambaku tentang diriku." (Muttafaq ‘Alaihi)
Sebaliknya, Rabu juga diyakini sebagai hari berkah. Pasalnya, sebagaimana disebut dalam hadits, bahwa pada hari Rabu, Allah swt menciptakan cahaya. “Allah Yang Maha Agung menciptakan tanah di hari Sabtu, ... dan menciptakan cahaya di hari Rabu...” (HR Muslim)
Dalam hadits lain, disebutkan bahwa pada hari Rabu, doa-doa Nabi Muhammad saw dikabulkan. Hal ini membuat Sahabat Jabir bin Abdullah memanjatkan doa pada hari Rabu antara waktu Zuhur dan Ashar mengingat waktu tersebut diyakini mustajab.
Bahkan, ada tokoh sufi yang juga mengatakan, bahwa apapun yang dimulai pada hari Rabu akan sempurna. Hal itu disampaikan Imam al-Hafidz as-Sakhawi as-Syafi’i dalam Al-Maqashid al-Hasanah. Karenanya, banyak kiai yang kerap memulai pengajian di hari Rabu guna mengambil keberkahannya.