Refleksi HUT RI untuk Pemuda: Perlu Pertajam Rasa dan Rasio
Senin, 8 Agustus 2022 | 09:09 WIB
Pemuda perlu memiliki ketajaman rasa, akhlak yang baik, juga perlu mempunyai ketajaman rasio atau ketajaman akal.
Jakarta, NU Online
Momen penyambutan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Republik Indonesia (RI) dapat dijadikan sebagai ajang perayaan dan hiburan oleh masyarakat dengan segala macam pernak-perniknya. Namun, momen HUT RI juga dapat dijadikan sebagai ajang refleksi diri, terutama untuk para pemuda sebagai masa depan bangsa.
Pengasuh Pondok Pesantren Kauman Lasem, KH Zaim Ahmad menyoroti kondisi pemuda di Indonesia. Menurutnya belum banyak dari mereka yang jiwanya ditumbuhi rasa nasionalisme yang tinggi terhadap negara.
“Padahal pemuda seharusnya memiliki ketajaman rasa dengan cara membangun karakter dan akhlak yang baik, juga perlu mempunyai ketajaman rasio atau ketajaman akal dan kecerdasan pikir,” tutur Gus Zaim, sapaan akrabnya kepada NU Online, Ahad (7/8/2022).
Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah itu menuturkan bahwa berdirinya bangsa tergantung kepada pemudanya. Ketika pemuda-pemudinya bagus maka negara akan tetap berdiri.
“Tapi kalau sudah luntur akhlaknya, luntur pengetahuannya, dan luntur nasionalismenya maka jangan harap negara ini bisa langgeng berdiri,” terang Gus Zaim.
Ia menambahkan pemuda adalah tonggak negara yang harus memiliki rasa memiliki negeri ini, tidak hanya sekedar tinggal di dalamnya dengan tanpa melakukan apa-apa.
“Nasionalisme dapat ditumbuhkan dengan cara mencintai budaya lokal, jangan mencintai budaya luar, itu menyebabkan lunturnya kecintaan kepada bangsa dan negara. Indonesia sangat kaya dengan budaya, agar budaya tidak luntur dan hilang begitu saja maka perlu peran serta pemuda-pemudi untuk terus melestarikannya,” jelas dia.
Gus Zaim juga menambahkan, perlu menguatkan pendidikan karakter agar pemuda-pemudi tetap memiliki dasar akhlak yang baik, sehingga mempunya kecintaan terhadap tanah air atau hubbul wathan minal iman.
“Tidak hanya pendidikan karakter di sekolah atau di pondok saja, namun orang tua juga perlu memberikan pendidikan itu pada anak, agar selama anak berada di luar pantauan guru atau ustadznya tetap berusaha memiliki karakter yang baik,” tandasnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Fathoni Ahmad