Jakarta, NU Online
Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Ghaffar Rozin menyampaikan bahwa per pekan pertama April 2021, sudah terdapat 480 pengasuh pesantren wafat. Menurutnya, angka tersebut meningkat sangat pesat dan belum terlihat ada tanda-tanda penurunan.
“Kami mempunyai keyakinan, berdasarkan data dan informasi bahwa sebagian besar dari 480 pengasuh pesantren itu wafat karena Covid-19. Kami juga melihat, walaupun sebagian para kiai dan sebagian kecil pesantren sudah mendapatkan vaksin tapi masih sangat jauh dari kebutuhan,” ujar Gus Rozin, dalam acara peluncuran Program Ramadhan 1442 H Bangkit Bersama NU Care-LAZISNU, ditayangkan di TVNU, Selasa (12/4).
“Di sisi lain kita melihat juga bahwa perilaku para santri dan masyarakat pada umumnya seolah-olah sekarang ini seperti Covid-19 sudah selesai. Kami amat mengkhawatirkan pada bulan Ramadhan dan lebaran nanti,” lanjutnya.
Satu hal yang dikhawatirkan Gus Rozin adalah jika para kiai dan pengasuh pesantren belum mendapatkan vaksin pada Ramadhan ini tetapi membuka pintu silaturahim untuk masyarakat, pada Idul Fitri kelak.
“Kita melihat sendiri para kiai saat ini sudah cukup longgar, dan apalagi nanti kalau lebaran. Saya kira angka ini bisa berpotensi meningkat lebih besar lagi. Saya menyampaikan ini, supaya menjadi perhatian bersama, tidak hanya RMI, tetapi juga LAZISNU dan PBNU,” tutur Gus Rozin.
Lebaran tahun lalu, lanjutnya, Covid-19 belum sampai di pesantren-pesantren dan masih berada di perkotaan. Namun saat ini, virus sudah banyak merebak di lingkungan pesantren. Bahkan, vaksinasi pun masih jauh dan belum menyentuh pesantren-pesantren.
“Oleh karena itu, salah satu ikhtiar yang dilakukan RMI adalah mengusahakan GeNose. Kami sudah mengusahakan prioritas pembelian GeNose terhadap 55 pesantren di seluruh Indonesia yang mulanya mendapat antrean ke-8000 tetapi bisa maju mendapatkan GeNose pada produksi batch pertama,” tutur Gus Rozin.
“Alhamdulillah ini adalah salah satu upaya bersama-sama antara RMI PBNU dan LAZISNU agar pencegahan Covid-19 di pesantren bisa maksimal lagi,” imbuhnya.
Menurut Gus Rozin, salah satu hal yang cukup penting di pesantren adalah dengan melakukan screening. Sementara GeNose merupakan alat pendeteksi yang sangat tepat untuk dipergunakan di pesantren.
“GeNose ini adalah screening yang terjangkau sekaligus akurasi bisa dipertanggungjawabkan, sangat akurat. Bahkan di beberapa kasus, lebih akurat dari rapid antigen maupun PCR. Sebelum kedua itu bisa mendeteksi, GeNose sudah bisa mendeteksi lebih dini lagi,” katanya.
“Saya kira GeNose ini menjadi solusi, walaupun saya kira keberadaan 54 GeNose di beberapa pesantren, termasuk punya LAZISNU itu masih jauh dari cukup untuk melakukan pencegahan di pesantren-pesantren,” imbuh Gus Rozin.
Ia berharap, semua GeNose yang diterima atau sedang dilakukan kerja sama dengan NU Care-LAZISNU agar difokuskan untuk pesantren, baik GeNose yang diserahkan kepada RMI sebanyak empat unit maupun yang dikerjasamaoperasikan dengan NU Care-LAZISNU.
“Kami sangat memohon ini amat difokuskan kepada pesantren-pesantren, terutama pada Ramadhan ini dan nanti pada lebaran. Ini berkaitan erat dengan upaya kita untuk mencegah meningkatnya angka wafat para kiai, sehingga bisa kita cegah sejak dini,” katanya.
“Saya yakin kerja sama ini membawa manfaat untuk pesantren dan santri, terutama untuk para kiai kita. RMI berjanji untuk memanfaatkan GeNose ini sebaik-baiknya untuk kebaikan para santri,” ujar Gus Rozin.
Secara simbolis, Ketua PBNU H Robikin Emhas menyerahkan empat unit GeNose untuk dipergunakan dan dimanfaatkan di pesantren. Ia berharap, GeNose tersebut dapat memberikan kemaslahatan umat di bidang kesehatan.
“PBNU melalui NU Care-LAZISNU dan RMI NU menyerahkan GeNose sebanyak empat unit untuk dimanfaatkan demi kemaslahatan umat di bidang kesehatan. Semoga ini merupakan sebuah kontribusi yang bermakna bagi kemanusiaan dan untuk kelangsungan hidup bersama,” tutur Robikin.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Fathoni Ahmad