Jakarta, NU Online
Sektor pendidikan merupakan salah satu yang terdampak selama pendemi berlangsung, termasuk pendidikan di lingkungan pesantren. Berangkat dari problem ini, Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) meluncurkan Gerakan Pesantren Asuh (GPA) agar para santri yang ditinggal oleh keluarganya, tetap bisa melanjutkan pendidikan di pesantren.
“Dengan menata niat kita, dengan mengharap rahmat Allah ta’ala, dengan wasilah membaca basmalah. Saya luncurkan secara resmi Gerakan Pesantren Asuh ini,” kata Ketua RMI KH Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin) dalam acara Konser Santri untuk Negeri dan Launching Pesantren Asuh, pada Ahad (31/10/2021).
Melaui program tersebut, RMI mengajak kepada berbagai pihak yang peduli dengan masa depan anak-anak yang menjadi korban Covid-19, untuk bekerja sama saling bahu-membahu membantu para santri terdampak agar bisa mencapai masa depan sesuai cita-cita dan harapan.
Agar program tersebut bisa berjalan secara efektif, Gus Rozin berharap kepada pesantren dan orang-orang yang punya harta berlebih untuk membantu para santri yang ditinggal keluarga selama pandemi.
“Kami meminta kepada pesantren yang terafiliasi dengan NU, apabila ada santri yang ditinggal keluarganya dan terancam tidak bisa melanjutkan, kami memohon dengan sangat agar pesantren berkenan mengasuhnya,” kata Gus Rozin.
Kepada para santri yang terdampak, Gus Rozin juga berpesan agar tetap semangat dan jangan sungkan untuk menyampaikan keluhan jika ada yang memiliki kesulitan akibat dampak pandemi.
“Imbauan kepada para santri yang kebetulan menonton acara ini, kami meminta agar tetap berada di pesantren. Temuilah kiai, ibu nyai, dan ustadz-ustadzah kalian. Ceritakanlah kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Tidak salah juga hubungi RMI PBNU, agar kami bisa membantu kalian meneruskan belajar” jelas Gus Rozin.
Pada kesempatan itu, Gus Rozin mengatakan bahwa pihaknya merasa sangat prihatin dengan wafatnya para ulama. Tercatat sampai bulan September saja, sebanyak 800 kiai dan nyai pengasuh telah wafat selama pandemi.
“Ini kehilangan yang besar. Mungkin sampai 20 tahu ke depan kita belum bisa menutup kehilangan ini. Mereproduksi ulama-ulama baru merupakan kerja yang amat berat,” papar Gus Rozin.
Dalam paparannya, Gus Rozin menjelaskan, sejak awal pandemi pihaknya memiliki konsentrasi yang sangat besar untuk melakukan langkah-langkah produktif. Seperti bekerja sama dengan para dokter yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU), rumah sakit yang tergabung dengan ARISNU, dan siapa saja yang memiliki konsen yang sama.
“Kerja yang sangat lama dan sangat melelahkan, tapi insyaallah membawa berkah dan manfaat bagi kita semua,” kata Gus Rozin.
“Kita berdoa agar Gerakan Pesantren Asuh yang kita luncurkan malam ini, dikenal masyarakat luas. Manfaatnya tidak hanya untuk pesantren, tapi juga masyarakat Nahdliyin pada umumnya,” pungkas Gus Rozin.
Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Syamsul Arifin