Saatnya Santri Ramaikan Medsos dengan Konten Dakwah Bermanfaat
Jumat, 10 Juli 2020 | 05:00 WIB
Jakarta, NU Online
Dakwah melalui media sosial (medsos) kian digandrungi warganet. Sebagai salah satu elemen penting dalam dunia dakwah, para santri lulusan pesantren sangat layak turut serta meramaikan dakwah virtual di dunia maya.
Hal tersebut mengemuka dalam Halaqah Virtual Perempuan Ulama 2020 yang kembali digelar Pusat Studi Pesantren (PSP). Beberapa tokoh perempuan dihadirkan untuk berbicara mengenai pengalaman berdakwah di media sosial (medsos). Acara ini disiarkan langsung via Zoom dan Facebook PSP, Kamis (9/7).
Ienas Tsuroiya yang didaulat berbicara tentang pengalamannya berdakwah di medsos, mengisahkan awal mula mendirikan Pesantren Virtual Ngaji Ihya’ bersama sang suami, Ulil Abshar Abdalla. Banyak kisah mengharukan sekaligus menginspirasi selama menggawangi Ngaji Ihya’ secara daring.
Baca juga: Sejumlah Ibu Nyai Muda Siap Ramaikan Dakwah di Medsos
“Pengajian Ihya’ secara virtual itu dimulai sejak tahun 2017. Saat itu, beberapa hari sebelum Ramadhan suami saya punya keinginan untuk bernostalgia mengaji ala pesantren. Beliau mengajak saya untuk menyimak,” ujarnya.
Ning Ienas, sapaan akrabnya, sontak berpikir cepat. Lalu, menawarkan kepada Gus Ulil untuk mengaji melalui live streaming (siaran langsung) di Facebook agar dapat disaksikan banyak orang. Kemudian, ide tersebut disepakatilah oleh mereka berdua.
“Ngaji dimulai setelah shalat tarawih selama Ramadhan. Antusias para pengikut sangat luar biasa. Bahkan, mereka meminta kami meneruskan pengajian setelah lebaran. Akhirnya, sampai sekarang pengajian Ihya’ di Facebook masih diadakan setiap Kamis malam Jumat,” terangnya.
Baca juga: Ketika Ulama Perempuan Berbagi Kisah Dakwah ala Pesantren
Sejak awal, ia tidak menyadari jika Ngaji Ihya’ yang semula hanya melalui medsos begitu diminati masyarakat. Hingga akhirnya, berkat ngaji daring itu ia dan sang suami diundang ke berbagai daerah untuk ‘kopi darat’ alias Kopdar Ngaji Ihya’. Kopdar pun disiarkan langsung melalui akun Facebook Gus Ulil.
Putri sulung KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) ini berpesan, agar para santri meramaikan medsos dengan konten-konten yang bermanfaat dan dengan landasan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
“Kita tidak boleh malu, karena kita sudah memiliki bekal untuk tampil. Sehingga sesuatu yang menurut kalian biasa saja, bisa jadi menurut orang lain itu luar biasa,” tandas Ning Ienas.
Cara baru berdakwah
Senada dengan Ning Ienas, Nyai Anisah Mahfudz juga mengungkapkan perlunya berdakwah di medsos. “Ini menjadi cara kita seiring perkembangan zaman. Adanya Covid-19 mempercepat kita berdakwah di media sosial,” terangnya.
Menurut Pengasuh Pesantren Al Islahiyah Singosari Malang ini, selama santri pulang, para guru kehilangan apa yang selama ini biasa dilakukan. Sehingga berdakwah melalui medsos menjadi salah satu cara agar ilmunya tidak terbuang.
Semakin berkembangnya teknologi informasi, Nyai Anisah menganggap perlunya intervensi pemerintah. Sebab, pentingnya berteknologi tidak bisa dihindari.
Pengasuh Pesantren Tambak Beras Jombang Nyai Umi Chaidaroh yang juga menjadi narasumber menyatakan, bahwa pesantren kini sedang dihadapkan dengan dunia literasi. Menurutnya, penting sekali penguatan literasi pesantren. Karena akan menjadi bekal para santri untuk kembali ke masyarakat. Secara khusus, ia memberi makna literasi di dunia pesantren.
“Arti literasi yaitu dengan pembelajaran agama seperti hafalan serta memaknai kitab. Kemudian kehidupan di pesantren juga menjadi literasi, karena kita harus melakukan pembelajaran termasuk keteladanan akhlak,” terangnya.
Pantauan NU Online, acara yang diikuti para santri putri dan aktivis perempuan ini dimoderatori oleh fungsionaris PSP, Azizah Zubair. Diskusi yang berlangsung seru ini berakhir menjelang petang.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori