Nasional

Sampak GusUran Luncurkan Single 'Gusti Allah Mboten Sare'

Jumat, 25 Oktober 2019 | 07:00 WIB

Sampak GusUran Luncurkan Single 'Gusti Allah Mboten Sare'

Pembuatan video klip 'Gusti Allah Mboten Sare' oleh Orkes Puisi Sampak GusUran (Foto: Suluk Maleman)

Pati, NU Online
Setelah sekitar delapan tahun vakum dari kegiatan rekaman, tahun ini Orkes Puisi Sampak GusUran melahirkan single Gusti Allah Mboten Sare. Single ini nantinya akan menjadi bagian dari album ketiga Oreks Sampak GusUran.
 
Single terbaru tersebut diluncurkan dalam bentuk video klip yang dipublikasi lewat kanal Youtube Sampak GusUran Official Channel dan Suluk Maleman Official Channel. Lewat video klip lagu berdurasi 6.20 menit mencoba menggambarkan fragmen-fragmen kehidupan manusia mulai dari alam arwah, alam rahim, alam dunia sampai dengan alam akhirat.
 
Dari keseluruhan gambar dalam video klip dipenuhi simbol-simbol yang diambil dari khasanah Islam, baik Al-Qur’an, hadits, maupun hikmah-hikmah ulama. Salah satunya, mengacu pada idiom Jawa hidup disebut sebagai mampir ngombe (singgah minum). Dalam hadits digambarkan hidup itu seolah seperti musafir yang sejenak berteduh di bawah pohon atau seperti orang yang sekedar menyeberangi jalan.

Adegan minum di sungai, yang merupakan inti pesan mampir ngombe, dalam video klip ini pun diambil dari perintah Thalut pada pasukannya untuk minum hanya secakupan tangan saja, sebagaimana diabadikan dalam Al-Qur'an (2:249).
 
Pesan pokoknya adalah jangan berlebihan dalam urusan dunia; karena seperti pernah diucapkan sayyidina Ali, "Hidup itu seperti orang tidur, ketika mati ia seperti terbangun dari tidur dan kehidupan yang sebelumnya dialami terasa seperti sekilas mimpi saja."

Adegan minum ini juga melambangan keterikatan dengan dunia, orang yang minum hanya secakupan tangan, artinya hampir tak punya keterikatan dengan dunia, ketika mati bisa dengan ringan melanjutkan perjalanan tanpa beban. Sementara yang sangat kuat keterikatannya, ia hanya mampu merangkak; sedang yang tenggelam di dunia seolah terperangkap tak bisa bergerak. 
 
Simbol lain yang diangkat dari Al-Qur’an adalah tentang orang Mukmin yang digambarkan sebagai orang yang selalu menolong orang lain, orang munafik yang digambarkan selalu tersenyum tapi menyimpan belati di punggungnya dan orang kafir yang suka menindas orang lain. Kecuali itu, juga ada simbol aqobah (jalan menanjak) yang merupakan gambaran orang Mukmin, dan jalan menurun yang merupakan gambaran orang munafik dan kafir.

Kecuali simbol-simbol ini, juga dipakai simbol dunia seolah seperti perempuan yang selalu berdandan, yang selalu mengundang orang untuk bergolongan-golongan dengan bendera masing-masing. Mereka selalu adu unggul, bertengkar, berperang dan mati semua, sementara dunia tetap terus berjalan sebagaimana sebelumnya.
 
Anis Sholeh Ba'asyin mengatakan, judul Gusti Allah Mboten Sare dipilih atas beberapa pertimbangan. Dalam bahasa Jawa, ungkapan ini biasa dipakai untuk mengingatkan orang agar bersabar dalam menjalani hidup, karena yakin Allah akan mengatur semuanya dengan cara yang terbaik.
 
"Di tengah carut marut dan keterbelahan bangsa akibat kontestasi politik, yang tampaknya tetap menyisakan luka; rasanya pesan ungkapan Jawa ini layak direnungkan kembali, sehingga diharap dapat mendinginkan suhu ketegangan yang sempat dialami bangsa ini," ujar Anis Sholeh Ba'asyin.
 
Semua pengambilan adegan dalam video klip diambil di sekitar Pati, Jawa Tehngah. Lokasi utama di pegunungan Kendeng, tepatnya di desa Branti, Kayen, dan di Gabus. "Dibutuhkan waktu 14 hari sejak pengambilan gambar hingga editingnya. Sementara perekaman lagu hingga mixing dan masteringnya dibutuhkan waktu tujuh hari," imbuh Anis.

Lirik dan lagu Gusti Allah Mboten Sare sendiri disusun oleh Anis Sholeh Ba'asyin, demikian juga naskah video klip dan penyutradaraannya.
 
Perlu diketahui, Orkes Puisi Sampak GusUran telah menelurkan album Bersama Kita Gila (2008) yang sukses meraup 8 penghargaan internasional dan  sekaligus pujian dari para pengamat musik dalam negeri. Setelah itu, pada 2011, juga menelurkan mini album Suluk Keselamatan yang kembali menuai banyak pujian. 
 
Editor: Kendi Setiawan