Santri NU Bersepeda Keliling Dunia (Bagian II); Pada Mulanya Demi Laut
Senin, 21 Oktober 2019 | 10:00 WIB
Hakam Mabruri, lulusan Pondok Pesantren An-Nur II Kabupaten Malang Jawa Timur, menggemari keliling sepeda sejak tahun 2011. Pada tahun yang sama, untuk pertama kalinya ia bersepeda dari Malang hingga Palembang, Palembang-Malang. Beberapa bulan kemudian ia berangkat dari Malang ke Flores, Flores-Malang.
Pada tahun 2011 pula, seorang warga NU dari Desa Gading, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur memutuskan diri untuk bersepeda yang lebih jauh lagi, bahkan memasuki negara tetangga.
Sebagai seorang yang mencintai lingkungan, terutama laut, ia meniatkan diri mendatangi kota-kota dengan bersepeda sembari kampanye menjaga lingkungan hidup, di antaranya menjaga kebersihan laut. Lebih khusus, ia melakukan kampanye penyelamatan penyu.
Menurut Hakam, penyu adalah pembersih zat-zat yang berracun yang berahaya di laut, di antaranya adalah zat merkuri. Oleh karena itu, penyu harus dijaga kelestariannya, menjaga kelestarian mereka adalah menyelematkan lingkungan, menyelamatkan lingkungan adalah menyelematkan manusia sendiri.
“Makanya telur-telur penyu itu jangan dimakan manusia,” kata Hakam kepada NU Online, Ahad (20/10).
Menurut Hakam, penyu menyerap racun-racun yang ada di laut, di antaranya merkuri. Namun, penyu tak mampu megurai zat ini sehingga terbawa ke dalam telurnya.
“Nah, kalau manusia mengkonsumi telur penyu, kemungkinan besar akan zat merkuri akan termakan karena penyu tak bisa mengurainya,” jelas Hakam.
Menurut Hakam, kesadaran untuk menjaga penyu dan lingkungan ini masih kurang. Padahal Indonesia adalah negara laut. Karena itulah, perlu ada kampanye untuk menyadarkan masyarakat.
Hakam kemudian bersepeda selama empat bulan ke daerah yang memiliki pantai-pantai. Tak hanya Indonesia, tapi juga ke Malaysia dan Brunei Darussalam.
Editor: Fathoni Ahmad