Sarbumusi Advokasi Kepulangan Jenazah PMI yang Wafat di Riyadh, Pihak Sponsor Kabur
Jumat, 21 Juli 2023 | 06:00 WIB
Jakarta, NU Online
Seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) atas nama Arwati binti Harun yang pernah bekerja di Dubai wafat di Riyadh, Arab Saudi. Jenazah saat ini berada di RS King Saudi Medical City (KSMC) Riyadh.
Sarikat Buruh Muslimin Indonesia melalui Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Buruh Migran Nusantara (Buminu) Sarbumusi Banten Nafiz Salim sedang mengadvokasi atau mengupayakan agar jenazah bisa kembali ke tanah air.
“Sekarang kawan-kawan di sini sudah melayangkan surat. Sekarang tinggal menunggu surat kematian dari KBRI. Saat ini PMI tersebut ataupun jenazah berada di RS sudah ditangani oleh pihak KBRI, lagi penanganan surat kematian,” ucap Nafiz sebagaimana keterangan yang diterima NU Online, Kamis (20/7/2023).
Ia menjelaskan bahwa pihak sponsor melarikan diri dan tidak bertanggung jawab sehingga menyebabkan jenazah PMI atas nama Arwati binti Harun tersebut hingga kini belum diterbangkan ke Indonesia. Pihak sponsor diketahui bernama Sopian.
“Pihak sponsor kabur. Tidak bertanggung jawab. Kemungkinan saya mendengar ocehan dari orang-orang itu bahwa Sopian tersebut berada di Sukabumi dan di Cianjur. Dua tempat itu yang ada. Masalah hukum sudah saya sounding ke Polda, tapi Polda juga tidak bisa menangani karena Polda itu menunggu surat kematian juga, padahal di situ juga sudah benar-benar ada buktinya, tapi tidak merespons,” ucapnya.
Nafiz menjelaskan bahwa almarhumah Arwati binti Harun pernah bekerja di Dubai selama empat bulan dan memiliki penyakit ginjal. Kemudian almarhumah sempat pulang ke Indonesia untuk menjalani operasi ginjal.
Usai operasi, selang beberapa bulan, almarhumah nekat ingin kembali bekerja ke luar negeri dengan alasan untuk membiayai anaknya. Sebab keluarga almarhumah Arwati merupakan kalangan tidak mampu secara finansial.
“Lalu almarhumah diproses oleh bapak Sopian (pihak sponsor) asal Cianjur/Sukabumi dan mempunyai istri di Baros Banten. Almarhumah diterbangkan lewat bandara Soekarno-Hatta. Setelah sampai wilayah Riyadh, almarhumah ditampung oleh Syarikah atau Agensi Alexi-Riyadh,” jelas Nafiz.
Selang beberapa bulan, setibanya di Riyadh, almarhumah mendapatkan majikan dan bekerja selama satu bulan. Lalu almarhumah kembali sakit ginjal, sang majikan langsung mengantarkannya ke agensi.
“Menurut anak kandung almarhumah, Arwati disiksa, diinjak dan disiram air oleh Syarikah atau Agensi Alexi-Riyadh, karena melihat kondisi almarhumah Arwati sakit. Kemudian sehabis disiksa almarhumah ditelantarkan di terminal bus Riyadh oleh Syarikah atau Agensi Alexi-Riyadh,” jelas Nafiz.
Almarhumah sempat ditolong oleh orang Indonesia atas nama Mariam. Lalu karena kasihan, almarhumah ditempatkan di sebuah kontrakan. Kemudian almarhumah bekerja selama satu bulan dan menetap di kontrakan Mariam tersebut.
“Lalu penyakit ginjal almarhumah Arwati kembali kambuh selama di kontrakan Riyadh. Kemudian almarhumah koma dan meninggal dunia di kontrakan temannya. Sebelumnya pihak keluarga sudah meminta untuk dipulangkan ke pihak sponsor atas nama Sopian, akan tetapi tidak ada tindakan dan kabar baik, hingga PMI meninggal dunia,” tutur Nafiz.
Sopian saat ini kabur dan tidak bertanggung jawab, bahkan tidak diketahui keberadaannya. Sementara pihak keluarga meminta agar almarhumah bisa segera dipulangkan beserta dikembalikan seluruh hak-haknya. Sarbumusi melalui Buminu Banten tengah mengupayakan hal itu.