Satgas Covid NU Sebut Cakupan Vaksinasi Jadi Alasan Kuat Menuju Endemi
Rabu, 28 Desember 2022 | 14:00 WIB
Anggota Lembaga Kesehatan PBNU sekaligus Satgas Covid NU Malang Raya dr Syifa Mustika saat berada di Posko Crisis Center Malang pada Kamis (13/10/2022). (Foto: NU Online/Syaifullah)
Jakarta, NU Online
Ketua Satgas Covid NU Malang Raya dr Syifa Mustika menyebut bahwa cakupan vaksinasi jadi indikator pemerintah untuk mengubah status pandemi Covid-19 menjadi endemi.
“Karena cakupan vaksinasi kita sudah mulai mencapai target maka pemerintah berani mengeluarkan pernyataan ubah status jadi endemi,” kata dr Syifa, kepada NU Online, Rabu (28/12/2022).
Namun, penerapan status endemi tidak bisa dilakukan oleh pemerintah. Menurut dia, penetapan itu hanya bisa dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan mempertimbangkan sejumlah hal. Termasuk cakupan vaksin lengkap Covid-19 yang berada di angka 70 persen.
“Ketetapannya ada di WHO, jelas,” ucap dokter spesialis penyakit dalam RS Lavalette, Malang itu.
Perubahan status menjadi endemi, lanjutnya, menjadikan virus Covid-19 hampir menyerupai influenza pada 1918 yang juga dikenal sebagai Flu Spanyol, yang disebabkan strain virus H1N1.
“Dari sisi histori kedua penyakit ini bisa dibilang saudaraan. Sama seperti influenza, sebagian yang terpapar Covid-19 lama-lama akan membangun kekebalan alamiah terhadapnya,” terang dia.
Klasifikasi pandemi Covid-19 seperti flu musiman pada umumnya (endemi) ia ungkapan merujuk pernyataan WHO pada 2020 saat pandemi baru saja meningkat, memperkirakan virus corona sudah menjadi virus endemik dan tidak akan pernah menghilang.
“Pernyataan seperti ini sering diungkapkan oleh beberapa ahli, dan memang faktanya Covid-19 tidak akan hilang,” ungkap dr Syifa.
Oleh karena itu, ia menyebut vaksinasi harus dilakukan secara global dan pada lebih banyak orang. Di masa depan akan terlihat virus ini tidak lagi mendominasi kehidupan masyarakat dunia.
“Capaian vaksinasi itulah yang akhirnya menjadi salah satu parameter penting dalam penetapan status virus Covid-19 di Indonesia,” tegasnya.
Data vaksinasi
Terkait vaksinasi, Juru Bicara COVID-19 Kementerian Kesehatan, M Syahril menyebutkan cakupan vaksinasi booster dosis ketiga atau vaksinasi booster COVID-19 di Indonesia terbilang masih sangat rendah.
''Vaksinasi ketiga meningkat pada awal April, kemudian terjadi penurunan yang tentunya banyak penyebab sehingga capaian vaksinasi booster pertama ini masih landai,'' kata Jubir M Syahril dilansir dari laman Kemkes.go.id.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per tanggal 27 Desember 2022, cakupan vaksinasi booster pertama mencapai 86,93 persen dan dosis kedua 74,46 persen.
Sementara, jumlah masyarakat yang sudah disuntik vaksin Covid-19 dosis ketiga/booster berjumlah 68.401.356 orang atau 29,15 persen.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Syamsul Arifin