Sejarah Shalawat Asyghil, Lengkap dengan Lafal, Arti, dan Keutamaannya
Ahad, 12 Februari 2023 | 16:00 WIB
Jakarta, NU Online
Di kalangan warga NU (Nahdliyin), shalawat asyghil merupakan salah satu shalawat yang kerap dilantunkan sebagai puji-pujian di mushala, masjid maupun majelis taklim. Shalawat asyghil kembali menjadi perhatian banyak orang saat dilantunkan oleh 4 vokalis cilik pada puncak resepsi 1 abad Nahdlatul Ulama di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Selasa (7/2/2023) lalu.
Shalawat yang diciptakan oleh Imam Ja’far Ash-Shadiq ini berhasil menyihir jutaan pemirsa yang menyaksikan puncak resepsi 1 abad NU. Suara merdu dari 4 vokalis cilik beserta paduan suara dari UIN Sunan Ampel Surabaya makin menciptakan harmoni saat diiringi orkestra yang dipimpin maestro legendaris Indonesia, Addie MS.
Menurut Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Peterongan, Jombang, Jawa Timur, Prof Ahmad Zahro, Imam Ja’far ash-Shadiq secara nasab merupakan cucu dari Rasulullah saw. Jalur nasabnya yaitu Jafar bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Al-Murtadlo.
“Shalawat asyghil berasal dari Ja’far ash-Shadiq (wafat 138 H). Beliau hidup di akhir masa Dinasti Umayyah dan awal era Abbasiyah yang penuh intrik dan konflik politik,” jelas Ahmad Zahro dikutip NU Online dari Azahro Official, Ahad (12/2/2023).
Dalam Jurnal Studi Hadis Nusantara (2022) halaman 134-148, Nurjaman, Deden, Lukman Zain, dan Ahmad Faqih Hasyim menjelaskan bahwa Imam Ja’far ash-Shadiq rutin membaca shalawat asyghil dengan jamaahnya saat melakukan doa qunut subuh.
Shalawat itu muncul salah satunya ketika ahlul bayt atau keturunan Nabi Muhammad saw mengalami persekusi oleh Bani Umayyah, terutama di masa kepemimpinan Yazid bin Muawiyyah. Lalu Ja’far Ash-Shadiq membuat shalawat asyghil. Dia berdoa agar orang-orang zalim itu ribut sesama mereka sendiri.
Pembacaan shalawat asyghil juga tersambung kepada salah satu wali besar al-Habib bin Umar al-Hinduan Ba’alawy. Shalawat asyghil sering dibacakan di Hadramaut daurah Masyayikh Yaman hingga sekarang.
Sebab itu, shalawat asyghil juga dikenal dengan sebutan shalawat Habib Ahmad bin Umar al-Hinduan Ba’alawy (wafat 1122 H). Sebab, shalawat ini tercantum dalam kitab kumpulan shalawat beliau, yakni al-Kawakib al-Mudhi’ah fi Dzikr al-Shalah Ala Khair al-Bariyyah.
Dikutip dari tesis Sierly Ulya Maulida berjudul KH. Ali Manshur: Biografi dan Penggagas Sholawat Badar (UIN Sunan Ampel Surabaya, 2022) menjelaskan bahwa pada zaman penjajahan Belanda, banyak ulama yang membaca shalawat, salah satunya shalawat asyghil, lafal shalawat asyhgil dengan jelas menunjukkan fungsinya untuk membentengi diri dari luar dan dalam.
Di kalangan ulama pesantren, tokoh yang dikenal memiliki sanad shalawat asyghil yaitu Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo KH M. Anwar Mansur. KH Anwar Manshur memperoleh ijazah shalawat asyghil dari KH Abdul Abbas Buntet Cirebon.
Dalil membaca shalawat Asyghil
Membaca shalawat membuktikan kecintaan kepada Nabi Muhammad. Mengenai perintah dan keutamaan ber shalawat diantaranya Al-Qur’an Q.S. Al Ahzab: 56:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya."
Redaksi shalawat asyghil
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَشْغِلِ الظَّالِمِيْنَ بِالظَّالِمِيْنَ وَأَخْرِجْنَا مِنْ بَيْنِهِمْ سَالِمِيْنَ وَعَلَي الِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
Allahumma shalli 'alaa Sayyidinaa Muhammad
Wa asyghilidz dzoolimiina bidz-dzoolimiin
Wa akhrijnaa min baynihim saalimiin
Wa 'alaa alihi wa shohbihii ajma'in
Artinya: "Ya Allah, berikanlah shalawat kepada pemimpin kami Nabi Muhammad, dan sibukkanlah orang-orang zhalim agar mendapat kejahatan dari orang zhalim lainnya, selamatkanlah kami dari kejahatan mereka, dan berikanlah shalawat kepada seluruh keluarga dan para sahabat beliau."
Faedah atau keutamaan membaca shalawat asyghil
1. Dihapus dosa oleh Allah
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحَطَّ عَنْهُ عَشْرَ خَطِيئَاتٍ
“Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh shalawat dan menghapus darinya sepuluh dosa.” (HR. Ahmad).
2. Diangkat derajatnya oleh Allah
مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطِيئَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
“Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh shalawat, menghapus darinya sepuluh dosa dan mengangkat derajatnya sepuluh derajat.” (HR. An Nasa’i).
3. Dicintai Rasulullah saw
أَوْلَى النَّاسِ بِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً
“Manusia yang paling berhak bersamaku pada hari kiamat ialah yang paling banyak membaca shalawat kepadaku.” (HR Tirmidzi).
4. Bisa menghindari membicarakan kejelekan orang lain
5. Mendapat pertolongan Allah swt dalam banyak hal
Ada perbedaan redaksi pada bagian paling akhir shalawat asyghil yang dinyanyikan saat puncak perayaan 1 Abad NU, yaitu berbunyi "wasallim". Sedangkan selama ini yang popular dinyanyikan berbunyi "ajma'in".
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Fathoni Ahmad