Selain Logistik, Rehabilitasi Mental Penting Bagi Para Korban Tsunami
Jumat, 28 Desember 2018 | 10:30 WIB
Lampung Selatan, NU Online
Duka akibat tsunami yang menghantam selat sunda pada Sabtu (22/12) sangat dirasakan oleh para korban. Kehilangan sanak saudara dan harta benda menjadi trauma dan beban mental tersendiri bagi mereka yang saat ini harus hidup dalam keterbatasan dan jauh dari kata layak.
Mereka harus tinggal di tenda-tenda darurat dan dihantui rasa was-was akan datangnya tsunami susulan yang setiap saat bisa datang akibat Gunung Anak Krakatau yang sampai saat ini masih terus aktif mengeluarkan laharnya.
Kondisi mental ini juga harus mendapatkan perhatian khusus oleh para relawan yang ikut membantu pemulihan hidup korban tsunami. Bantuan psikososial harus dilakukan agar para korban terbangun kembali optimismenya dan hilang rasa traumanya.
Foto: Penjelasan perkembangan kondisi terkini oleh Ketua PCNU Lampung Selatan
"Bantuan psikososial harus dilakukan seperti membuat tenda kegiatan bersama dan mushala sementara yang didalamnya diisi dengan kegiatan seperti pengajian dan memberi motivasi kepada para korban. Juga bisa mengajak anak-anak bermain bersama untuk menghibur dan menghilangkan trauma," kata Ketua PBNU H Syahrizal Syarif saat melihat kondisi langsung para korban terdampak tsunami di Lampung Selatan, Jumat (28/12).
Selain membantu terkait logistik, para relawan juga harus melakukan koordinasi serta bersinergi dengan pihak-pihak berwenang seperti pemerintah. Hal ini ditunjukkan dengan aktifnya para relawan mengikuti rapat gabungan yang dihadiri oleh berbagai elemen yang menangani bencana.
"Pendataan seperti jumlah rumah, sekolah, pesantren, dan tempat ibadah yang perlu segera untuk dibantu khususnya oleh pemerintah sangat penting sehingga proses rehabilitasi dapat berhasil dengan cepat. Rumahnya (permanen) nanti bukan kita yang akan membangun. Kalau yang tetap (bantuan rumah) itu dari pemerintah dan sudah ada standarnya. Tapi untuk membangun rumah sementara itu bisa dari kita. Rumah sementara itu ya kalau di tenda tidak bisa hubungan suami istri, rumah sementara ada bilik mesra nya lah," tambahnya.
Oleh karenannya ia mengingatkan kepada para relawan khususnya Tim NU Peduli untuk memperhatikan para korban dari berbagai aspek.
"Korban harus memiliki standar hidup layak sementara. Seperti tenda harus terpal. Tidur pakai selimut. Kalau butuh air ada MCK dan tersedianya air minun. Tim medis juga harus siap siaga. Jika ada yang sakit segera ditangani dan bila perlu penanganan khusus segera dirujuk ke rumah sakit," himbaunya.
Bantuan terus mengalir dari Keluarga Besar NU Lampung (Foto: Bantuan dari LAZISNU Pringsewu)
Hal senada juga diungkapkan Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin (Gus Ishom) yang sudah berada dilokasi bencana sesaat setelah tsunami menerjang Selat Sunda. Pria kelahiran Pringsewu, Lampung ini langsung turun tangan membantu para korban dengan memberikan bantuan logistik.
"Yang perlu diperhatikan juga selain bantuan logistik dan rehabilitasi adalah keamanan dan keselamatan para relawan yang saat ini berada di pos-pos yang lokasinya di bibir pantai," ungkapnya.
Kondisi ini menurut Gus Ishom sangat berbahaya karena sewaktu-waktu terjadi tsunami susulan yang tidak tahu kapan terjadinya, maka keselamatan para relawan menjadi taruhannya.
"Jika perlu ada penambahan posko-posko yang aman dan strategis bagi para relawan. Kalau kita mau membantu juga harus dalam kondisi aman," katanya pada rapat koordinasi yang dihadiri oleh Ketua PWNU Lampung KH Mohammad Mukri, Ketua PCNU Lampung Selatan KH Mahfudz dan jajaran pengurus. (Muhammad Faizin)