Selamatkan Kandungan Informasi, 15 Manuskrip Koleksi Perpustakaan Tebuireng Didigitalisasi
Selasa, 24 Mei 2022 | 22:45 WIB
Jombang, NU Online
Sebanyak 15 manuskrip koleksi Perpustakaan KH Abdul Wahid Hasyim Tebuireng dilakukan digitalisasi oleh Digital Repository of Endangered and Affected Manuscripts in Southeast Asia (DREAMSEA) Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hal ini dilakukan sebagai langkah penyelamatan terhadap berbagai macam informasi yang terkandung dalam naskah agar tidak hilang ditelan zaman.
"Digitalisasi naskah yang dilakukan oleh DREAMSEA ini tentu bertujuan menyelamatkan informasi yang terkandung dalam naskah," kata Adib Misbahul Islam, Filolog UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat menjadi pembicara pada Webinar Khazanah Manuskrip Pesantren Tebuireng Jombang pada Selasa (24/5/2022).
Seandainya tidak digitalisasi, boleh jadi ketahanannya semakin kurang sehingga naskah rusak. "Kalau naskah rusak, otomatis kita kehilangan informasi. Rugi kita," ujar Adib.
Baca Juga
Bagaimana Manuskrip Jadi Kitab Cetak?
Lebih lanjut, Adib menjelaskan bahwa adanya digitalisasi manuskrip di Pesantren Tebuireng ini menunjukkan keterbukaan, baik akses pembaca maupun penelitian. "Kalau selesai digitalisasi, kemudian di-online-kan, siapapun bisa membacanya dan melakukan penelitian," kata dia.
Ia juga menegaskan, bahwa hasil digitalisasi dapat digunakan sebagai sumber penelitian. "Penggunaan naskah sebagai sumber penelitian sangat menguntungkan bagi peneliti, baik dari segi waktu maupun penelitian," ucap Adib.
Dalam hal ini, Adib memiliki pengalaman untuk mencari manuskrip yang hendak dikajinya ke pelosok-pelosok Jawa Tengah, tepatnya di daerah Pekalongan, Batang, Kendal, hingga Wonosobo. Namun, hasilnya nihil.
"Berapa biaya, waktu, dan tenaga yang kita habis(kan), sementara hasilnya masih dalam tanda tanya," ujar dia.
Namun, jika naskah Tebuireng didigitalisasi, begitu diunggah dan dibuka akses seluas-luasnya, peneliti tinggal duduk di depan komputer untuk menelitinya. Dengan begitu, hemat tenaga, biaya, dan waktu.
"Saya kira, ini salah satu kontribusi penting dari digitalisasi naskah," kata alumnus Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur itu.
Adib menguraikan, bahwa belasan naskah itu sebagian besar berbahan kertas. Ada beberapa naskah berbahan daluang. Dilihat dari segi bahasa, ia menyebut ada manuskrip berbahasa Arab, Jawa, dan Melayu, sedangkan dari sisi aksara, ada Arab, pegon, dan aksara Jawi Melayu. Sementara bidang kajiannya meliputi tafsir, fiqih, tauhid, tasawuf, alat, hingga ilmu hikmah.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad