Setelah 86 Tahun, Karya KH Machfudz Shiddiq tentang Puasa Diterbitkan Kembali
Sabtu, 9 Maret 2024 | 12:45 WIB
Bedah buku itu di Gedung FUAH UIN KHAS Jember, Jumat (8/3/2024). (Foto: NU Online/M Soleh Kurniawan)
Jember, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmah 1937-1943, KH Machfudz Shiddiq ternyata memiliki karya tulis yang cukup banyak. Karya-karya tersebut di antaranya diterbitkan dalam bentuk artikel bersambung di majalah Berita Nahdlatoel Oelama (BNO).
Salah satu karya dari sosok Ketua Umum PBNU termuda itu (terpilih di usia 30 tahun), adalah tentang puasa. Pada BNO No. 1 Tahun VII, 1 November 1937, ia menerbitkan edisi khusus tentang puasa yang bertajuk Poeasa Nummer. Karya ini kembali diterbitkan oleh Komunitas Pegon dan Media Center PWNU Jawa Timur setelah berselang lebih dari 86 tahun dengan judul Risalah Puasa.
"Dalam rangka menyambut Ramadan kali ini, kami kira penting untuk menerbitkan ulang karya Kiai Machfudz ini. Selain isinya yang bernas, ini juga melengkapi khazanah pemikiran tokoh-tokoh NU tempo dulu yang harus diketahui oleh generasi sekarang," ungkap Ketua Komunitas Pegon Ayung Notonegoro saat peluncuran sekaligus bedah buku itu di Gedung FUAH UIN KHAS Jember, Jumat (8/3/2024).
Karya-karya Kiai Machfudz tersebut, imbuh Ayung, penting untuk dikemukakan ulang guna merunut dengan baik transmisi pemikiran progresif di NU. Menurutnya, kiai kelahiran 1907 di Jember itu, adalah mata rantai tokoh-tokoh muda NU yang progresif.
"Pada masa awal NU berdiri, ada tokoh muda progresif bernama KH Abdullah Oebaid. Beliau punya kader namanya Kiai Machfudz Shiddiq. Lalu, diteruskan oleh Kiai Wahid Hasyim. Dilanjutkan oleh tokoh-tokoh selanjutnya. Seperti Kiai Achmad Shiddiq, Gus Dur dan seterusnya yang kita kenal sekarang," papar Ayung.
Sisi progresivitas dari pemikiran Kiai Machfudz tersebut bisa dilihat dari sejumlah karya tulisnya. Ia mengupas banyak hal dengan beragam referensi dan perspektif yang memiliki makna signifikan di masanya sekaligus juga masih relevan dalam konteks sekarang.
"Kami sedang menghidupkan kembali karya-karya Kiai Machfudz yang berpuluh tahun sudah tidak terjamah," ungkap Ayung.
Selain Risalah Puasa sendiri, Komunitas Pegon juga telah menerbitkan catatan pidato Kiai Machfudz yang menceritakan kunjungannya ke Jepang pada 1939. Buku tersebut diberi judul “Muhibah KH. Machfudz Shiddiq ke Jepang: Mengemban Visi Ekonomi Nahdlatul Ulama”.
“Mohon doanya, kami ingin menerbitkan seluruh tulisan Kiai Machfudz yang telah berhasil kami akses. Harapannya, ini bisa jadi buku babon kajian pemikiran dari Kiai Machfudz,” harap Ayung.
Sementara itu, Dr. M. Barmawi, pakar ushul fiqh dari UIN KHAS Jember, menilai buku Risalah Puasa karya Kiai Machfudz ini sebagai karya yang luar biasa. Putra dari Mbah Shiddiq Jember itu tak hanya menguraikan aspek fiqih dari ibadah puasa. Tapi, juga mengulas makna filosofisnya serta kedudukannya dalam situasi sosial yang terjadi.
“Buku ini tetap relevan untuk dibaca saat ini. Tidak hanya karane berisi tuntutan praktis, tapi juga ada uraian mendalam secara filosofis dan hikmah-hikmah di balik ibadah itu yang bisa kita ketahui. Sehingga ibadah puasa kita bisa lebih berkualitas dan berdampak, baik bagi diri sendiri maupun bagi lingkungan sosial kita,” papar Barwami.
Perlu diketahui, Kiai Machfudz merupakan hoofdredactur (kepala redaksi) majalah tengah bulanan Berita Nahdlatoel Oelama. Sejak November 1936 hingga Maret 1942. Di sepanjang masa itu, ia banyak menulis artikel bersambung.
Pada masa hidup beliau, ada dua karya yang berasal dari artikel bersambungnya itu yang diterbitkan. Yakni, Pedoman Tabligh (1939) dan Ijtihad wa Taqlid (1940). Selain itu, pernah disebut jika Kiai Machfudz pernah menerbitkan buku tentang kristologi, sayangnya masih belum terindentifikasi hingga sekarang.