Sosok dan Harapan Pemilih Gen Z terhadap Pemimpin Indonesia pada Pemilu 2024
Jumat, 11 Agustus 2023 | 10:00 WIB
Jakarta, NU Online
Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 tinggal beberapa bulan lagi. Selain sibuk dengan pencalonan capres dan cawapres, semua partai politik berlomba menggaet pemilih dari semua kalangan, tak terkecuali dari pemilih generasi Z. Berdasarkan data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), Pemilu 2024 didominasi oleh pemilih generasi Y atau generasi milenial (1981-1996) dan generasi Z (1997-2012).
Jika dipresentasikan dari 203 juta pemilih di dalam negeri dan 1,7 juta luar negeri yang telah terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk Pemilu 2024, persentasenya generasi milenial (lahir 1981-1996) sebanyak 68.822.389 pemilih atau 33,6 persen. Lalu generasi Z (lahir 1997-2012) sebanyak 46.800.161 pemilih atau 22,85 persen. Jika diakumulasikan sebanyak 115.622.550 pemilih 56,45 persen.
Kemudian juga ada generasi X (lahir 1965-1980) sebanyak 57.486.482 pemilih atau 28,07 persen, generasi pree-boomer (lahir sebelum 1945) sebanyak 3.570.850 pemilih atau 1,74 persen, generasi baby-boomer (lahir 1946-1964) sebanyak 28.127.340 atau 13,73 persen.
Semua generasi pada dasarnya sangat menentukan pada pemilu 2024, mau dibawa ke mana Indonesia ke depannya ada di tangan mereka. Dengan kata lain partisipasi mereka sangat dibutuhkan sebagai warga negara.
Sebagai pemilih terbanyak, seperti apa sih sosok pemimpin ideal yang akan memimpin Indonesia dari kacamata generasi Z?
Namanya Siti Nurkhalishah (22). Sebagai pemilih dari generasi Z, ia mengungkapkan perihal pemimpin ideal baginya pada Pemilu 2024 adalah sosok yang bertanggung jawab, tidak gampang berjanji melainkan beraksi, teguh pendirian, dan tidak disetir.
Baca Juga
Konsep Kepemimpinan Nabi Muhammad
“Kemudian tidak kalah penting mau dan mampu merangkul berbagai golongan dan punya track record bagus. Lalu tidak kalah penting juga harus mensejahterakan rakyatnya. Siapapun yang terpilih nanti harus melaksanakan tanggung jawab dengan cerdas dan ikhlas, sering terjun ke masyarakat, terbuka terhadap aspirasi dan kritik,” ujar Lisa, mahasiswi asal Bangkalan pada Senin (6/8/2023).
Ia berharap Pemilu 2024 bisa berjalan dengan baik, pelaksanaan berjalan dengan jujur dan adil, dan tidak ada perpecahan di masyarakat.
“Semoga tahun 2024 menjadi tahun politik yang terkendali, pelaksanaan pemilihan benar-benar bisa berjalan dengan luber jurdil, dan paling penting tidak ada perpecahan di masyarakat meskipun berbeda pilihan,” tuturnya.
Lain halnya dengan Lisa, Rifqi Iman Salafi (24), pria asal Banyumas ini mengatakan bahwa pemimpin ideal di 2024 adalah pemimpin yang punya visi bagus dalam menangani bobroknya pendidikan seperti biaya mahal tanpa diimbangi dengan mutu. Kemudian pemimpin yang meminimalisasi politik balas budi dan keterlibatan militer dalam jabatan sipil.
“Pemimpin yang punya visi memperbaiki itu, akan menjadi prioritas pilihan saya. Saya harap pemimpin yang terpilih di 2024 nanti bisa menyatukan kembali masyarakat, karena mau tidak mau di tahun politik masyarakat pasti terbelah, dan pemimpin yang terpilih harus bisa menyatukan itu,” ujar pria yang bekerja menjadi guru honorer di Jakarta.
Rifqi berharap bahwa kontestasi Pemilu 2024 bisa menjadikan masyarakat Indonesia menjadi pribadi yang dewasa, santun, menjaga persatuan meskipun berbeda pilihan. Dirinya juga berharap pada Pemilu 2024 tidak ada yang menggunakan politik identitas dan politisasi agama.
Sementara itu, Zahira Zein (21) mengaku bahwa pemimpin ideal yang diharapkannya pada Pemilu 2024 yaitu pemimpin yang berjuang secara murni dan konsekuen untuk rakyat, tidak mementingkan golongannya saja.
“Saya ingin pemimpin yang mementingkan kepentingan seluruh rakyat Indonesia, tanpa membedakan apakah dulu memilih atau tidak. Saya berharap pemimpin yang punya kesadaran bahwa ia milik rakyat Indonesia, bukan milik partai politik atau golongan, sehingga bisa bekerja maksimal,” ujar mahasiswi yang menempuh studi di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta.
Sebagai rakyat ia berharap bahwa Pemilu 2024 berjalan dengan luber dan jurdil, tidak ada kecurangan. Mereka yang berkontestasi di Pemilu 2024 harus memiliki jiwa ksatria dan harus diingat bahwa ajang 5 tahunan tersebut merupakan ajang adu gagasan bukan saling menjatuhkan.
Kontributor: Malik Ibnu Zaman