Nasional

Sowan Gus Mus, Akademisi Internasional Bahas Islam dan Kemanusiaan

Jumat, 8 November 2024 | 09:00 WIB

Sowan Gus Mus, Akademisi Internasional Bahas Islam dan Kemanusiaan

KH Ahmad Mustofa Bisri menerima akademisi internasional peserta Konferensi Humanitarian Islam di kediamannya, di Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Kamis (7/11/2024). (Foto: NU Online)

Rembang, NU Online

Para peserta Humanitarian Islam melakukan sowan ke kediaman Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri di Rembang, Jawa Tengah pada Kamis (7/11/2024). Kunjungan ini menjadi bagian dari rangkaian acara Humanitarian Islam yang berlangsung dari 2 hingga 9 November 2024.


Setibanya di Bandara Ahmad Yani, Semarang, pukul 10.00 WIB, para peserta langsung bertolak ke Rembang dan tiba sekitar pukul 12.30 WIB. Sebelum memulai diskusi, mereka dijamu dengan makan siang yang menyajikan hidangan khas Rembang, seperti nasi kebuli, cumi, udang, sambal, tempe, tahu, dan sayur asam.


Setelah makan siang, diskusi mengenai makna Islam dan kemanusiaan pun dimulai. Salah satu peserta, Prof Robert William Hefner, seorang akademisi dari Boston University yang mendalami Islam di Indonesia, mengungkapkan apresiasinya terhadap Gus Mus dan pemahaman Islam yang ramah serta penuh cinta.


“Penerimaan ini sangat ramah dan baik hati. Ini suatu kehormatan besar bagi kami, dan saya merasa cinta yang tulus kepada Bapak Mustofa,” ujarnya.


Hefner juga menambahkan bahwa Gus Mus telah menjadi gurunya dalam memahami Islam serta memberikan wawasan mengenai situasi politik dan kehidupan sosial di Indonesia.


“Saya datang ke sini bukan hanya untuk penelitian, tetapi juga untuk berterima kasih atas kontribusi besar yang diberikan Gus Mus bagi umat manusia, baik di Indonesia maupun di dunia internasional,” ungkapnya.


Ia juga menyoroti pentingnya Humanitarian Islam sebagai upaya yang diperlukan dunia saat ini. Menurut Hefner, Humanitarian Islam merupakan penerus nilai-nilai kemanusiaan yang diwariskan Gus Dur, pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan juga guru Gus Mus. Hefner menilai konsep ini mampu menampilkan wajah Islam yang damai dan rahmatan lil alamin di tengah tantangan global, seperti Islamofobia dan krisis moral.


“Kami datang untuk belajar lebih dalam tentang Humanitarian Islam yang tidak hanya penting bagi Indonesia, tetapi juga dapat menjadi inspirasi bagi dunia,” katanya.


Sementara itu, Mustasyar PBNU KH Ahmad Mustofa Bisri menyambut kedatangan peserta Humanitarian Islam dengan penuh syukur. “Terima kasih banyak kami ucapkan. Kami di NU hanya melanjutkan apa yang diperjuangkan Gus Dur, yaitu menjadikan Islam sebagai agama kemanusiaan,” ungkapnya.


Gus Mus, sapaan akrabnya, juga menekankan pentingnya kesabaran dalam memahami Islam secara mendalam, karena masih banyak orang yang hanya memiliki pemahaman dangkal tentang Islam.


“Islam itu rahmatan lil alamin, dan pemahaman itu perlu kesabaran dan pengkajian yang berkesinambungan. Kadang orang cepat menyimpulkan tentang Islam yang sebenarnya, padahal kita harus terus belajar dan mendengarkan nurani kita,” pesannya.


Setelah diskusi, acara dilanjutkan dengan sesi foto bersama. Para peserta kemudian melanjutkan perjalanan ke Menara Kudus, Sam Poo Kong Semarang, dan mengakhiri malam dengan makan malam di Kota Lama sebelum menuju agenda berikutnya di Yogyakarta.