Jakarta, NU Online
Minat baca dan konsumsi buku masyarakat diakui semakin menurun. Beberapa toko buku banyak yang gulung tikar. Bahkan toko-toko yang telah berdiri puluhan tahun lalu bernasib sama. Meskipun demikian, ada beberapa toko buku yang memilih untuk bertahan di tengah pasang surutnya penghasilan berjualan buku.
Seperti yang diakui oleh salah seorang penjual buku di Yogyakarta, Abdul Muis memilih untuk bertahan dengan bisnis toko buku yang digelutinya sejak tahun 2016 itu.
"Dalam berbisnis apapun harus mengetahui dan siap dengan risiko yang ada. Jadi naik turun itu hal biasa. Kalau pun saya memilih untuk membuka bisnis yang lain pasti juga akan menemukan titik yang sama," tuturnya kepada NU Online, Selasa (30/5/2023)
Sehingga ia memilih untuk mempertahankan toko buku miliknya daripada menutup dan mencari bisnis yang baru, meskipun tahun ini pendapatannya menurun.
"Untuk mempertahankan bisnis toko buku kami melakukan banyak perubahan untuk segi marketingnya, mulai dari metode lama yaitu berupa menggelar pameran buku atau pemasaran secara modern yaitu dengan mengikuti marketplace yang tersedia di Indonesia," paparnya.
Menurut pemilik toko buku Musi Bookstore itu, sebagai pelaku bisnis penting untuk berkembang sesuai zaman dengan cara harus melihat peluang ke depannya, seperti halnya perkembangan toko. Di zaman sekarang tidak harus memiliki toko secara fisik untuk menjalankan sebuah bisnis karena ada kemudahan berupa toko online yang bisa dibuka atau dikerjakan di manapun berada.
"Tidak dapat dipungkiri mengingat kondisi sekarang yang penuh persaingan dan sedikit melemahnya minat membaca di masyakat dan ditambahnya persaingan yang begitu ketat, baik sesama penjual buku atau bersaing dengan era teknologi. Memang pemasukan yang ada tidak semaksimal tahun-tahun sebelumnya. Namun kami masih memilih mempertahankan toko buku ini," tuturnya.
Muis mengaku hal yang paling berat dilakukan untuk mempertahankan toko buku miliknya adalah menajemen pemasaran dan penjualan.
Hal senada juga disampaikan oleh penjual buku di Sidoarjo, Firdaus menuturkan pasca-pandemi Covid-19 diperlukan adaptasi dan strategi pemasaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi pasar.
"Beberapa hal yang saya lakukan adalah dengan menggunakan marketplace yang ada, memaksimalkan WA Group Reseller. Melalui teman-teman reseller inilah penjualan kami bisa terus bertahan. Selain itu juga dengan promo diskon besar. Berbeda dengan penjualan lainnya, saya lebih condong ambil margin keuntungan yang tidak terlalu besar, asalkan perputaran penjualan buku bisa cepat. Kemudian juga biasanya melalui pameran-pameran dan memperbanyak variasi genre buku," jelasnya.
Meskipun penghasilan dari penjualan buku mengalami naik turun, ia tetap bertahan dengan toko buku miliknya sejak 2009 lalu. "Setiap kita pasti perlu buku. Pasar buku selalu ada, dan alhamdulillah hitungan laba di tahun kemarin meningkat. Tinggal bagaimana strategi pemasaran saja yang perlu penyesuaian dengan situasi dan kondisi kekinian," tegasnya.
Ia melanjutkan, tinggal skema kerja sama dengan penerbit yang perlu diperhatikan agar penjual buku tidak sampai terjebak dalam kerugian. "Tentu saja juga memperhatikan faktor-faktor lainnya misal dana promosi, admin, pegawai, dan lain sebagainya," pungkasnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Fathoni Ahmad