Jakarta, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengatakan musik menurut Syekh Dzun Nun Al Mishri adalah suara kebenaran yang dapat menggugah manusia menuju kepada Yang Maha Benar.
“Syekh Dzun Nun Al-Mishri, tokoh sufi besar bilang bahwa barangsiapa mendengarkan musik dengan hakikat, akan mencapai hakikat. Tapi barangsiapa mendengarkan musik dengan syahwat maka akan tergelinjir kepada jurang zindiq,” kata Kiai Said.
Pernyataan tersebut disampaikan Kiai Said sesaat sebelum pagelaran wayang kulit dalam peringatan harlah ke-95 NU di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (7/4) malam.
(Baca: Lakon Wayang Harlah Ke-95 NU)
Dikatakan Kiai Said, pernyataan Dzun Nun Al Mishri Ibrahim bin Ahmim yang wafat 245 Hijriah juga menegaskan bahwa musik merupakan suara kebenaran universal dan selalu mengandung kejujuran.
“Musik selalu jujur. Yang bohong itu mulut. (Misalnya untuk menutupi kebohongan, mulut mengatakan) Demi Allah saya tidak tahu menahu, saya tidak terlibat,” kata pengasuh Pesantren Atsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan ini.
(Baca: Ngaji Musik kepada Kiai Said Aqil Siroj)
Seperti diketahui, pagelaran wayang diiiringi dengan alunan musik gamelan. Musik dalam pagelaran wayang mengiringi baik saat dalang membawakan narasi cerita, saat dialog antartokoh, maupun saat lagu-lagu di antara berlangsungnya jalan cerita wayang.
Pernyataan Kiai Said terbukti benarnya. Sejak awal pertunjukukan, pengamatan NU Online, lagu dan musik pembuka berupa shalawat. Di tengah-tengah cerita, ki dalang, penabuh dan sinden membawakan Syiir Tanpo Wathon. Sesi ini diikuti oleh para penonton yang turut menyanyikan syair yang amat akrab bagi kebanyakan Nahdlyin.
(Baca: Kiai Said: Wayang Sarat Filsafat Kehidupan)
Kepasrahan dalam syair tersebut, berpadu dengan gending yang sesekali menghentak, dan sesekali mendayu, seperti makin mendekatkan hati para penonton kepada Tuhannya.
Malam itu Ki Dalang Cahyo Kuntadi memeriahkan harlah NU dengan lakon atau cerita berjudul Jamus Kalimasada. (Kendi Setiawan)