Jakarta, NU Online
Waktu Subuh masih hening. Hiruk-pikuk kehidupan belum nyaring. Hal ini membuat pikiran berpotensi lebih baik dan meningkatkan kegembiraan dan meminimalkan stres dengan energi yang lebih baik, sebagaimana dilansir Amerisleep.
Tak pelak, waktu Subuh menjadi pilihan favorit dalam menghafal bagi para santri. Alya Istiqomah, misalnya, yang menjadikan Subuh sebagai waktu utama dalam menghafal Al-Qur'an.
"Kalau menghafal pada waktu pagi-pagi itu rasanya enak banget. Kadang, saya menghafal sebelum subuh kadang juga setelah shalat," tutur Alya pada Jumat (12/10/2023).
Menurut Alya, kepadatan jadwal saat kelas 12 membuatnya ingin sesegera mungkin menyelesaikan hafalannya. Untuk mewujudkan keinginannya itu, Alya secara konsisten menghafal sebelum dan sesudah Subuh.
Santri Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan itu mampu menyelesaikan targetnya untuk menghafal setidaknya 5 juz Al-Qur'an selama menempuh pendidikan di pesantren tersebut. Alya yang kini duduk di kelas 12 IPS sudah menyelesaikan hafalan 5 juz pada awal kelas 12. Ia termasuk salah satu santri yang menyelesaikan target hafalannya lebih awal.
Selama enam tahun menghafal, Alya tentu mengalami kondisi semangat yang naik turun. "Saya selalu ingat orang tua. Ingat mau membuat orang tua bahagia kalau lagi malas menghafal. Jadi semangatnya timbul lagi," ungkap dara yang bercita-cita sebagai pengusaha ini.
Senada, Muhammad Julfikar juga memilih Subuh sebagai waktu favorit untuk menghafal berbagai kitab yang dikajinya di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Al-Inaaroh 2, Buntet Pesantren Cirebon, Jawa Barat.
Setiap Subuh, ia istiqomah membaca nadham yang hendak dihafalkan untuk hari itu. Tidak melulu harus langsung ingat, baginya yang penting konsisten meluangkan waktu saat subuh sekalipun hanya membacanya.
"Kadang juga kalau nadhamnya terasa sulit diingat, saya nggak memaksakan diri. Yang penting saya baca setiap hari. Kalau sehari ingatnya hanya lima baris ya tidak apa-apa, tidak harus langsung 10-15 baris," kata Fikar pada (10/10/2023).
Berkat itu, siswa kelas 12 Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU) Putra tengah mempersiapkan diri untuk maju sebagai salah satu pengkhatam Alfiyyah Ibnu Malik.
Fatwa Romadhon salah seorang pengajar, menyebut Fikar sebagai salah satu yang tercepat karena mampu menyelesaikan hafalannya dalam waktu dua tahun. Pasalnya, umumnya para santri menyelesaikan hafalannya dalam kurun waktu tiga tahun. Hafalannya meliputi kitab Jurumiyyah, Aqidatul Awwam, Imrithi, dan Alfiyyah Ibnu Malik.
Fikar menuturkan sistem yang dibuat pondok untuk menghafal sudah cukup memfasilitasinya. Namun, dengan adanya sistem setoran Fikar merasa semakin termotivasi untuk segera menyelesaikan target hafalannya.
Dalam proses menghafal, tentu ada kalanya semangat mengalami fase naik dan turun. Saat sedang tidak bersemangat, Fikar kembali mengingat motivasinya untuk mendapat keberkahan melalui jalur melaksanakan sistem aturan pondok yang berati juga takzim dan patuh kepada kiai.