Parepare, NU Online
Kabar wafatnya Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie meninggalkan duka yang mendalam khususnya warga di tempat kelahiran BJ Habibie di Parepare, Sulawesi Selatan.
Semenjak mendengar kabar BJ Habibie berpulang pada Rabu, (11/9) jam 18.05 WIB di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, masyarakat di Parepare menggelar tahlilan dan pembacaan Yasin di tempat kelahiran BJ Habibie
.
Patung Cinta Habibie Ainun yang berada du sudut lapangan Andi Makkasau Parepare terus dipadati pengunjung ketika ada berita wafatnya BJ Habibie. Karangan bunga bertaburan dari berbagai elemen masyarakat mengucapkan turut berduka cita atas wafatnya putra terbaik bangsa.
Tempat kelahiran dan sekaligus kediaman orang tua almarhum BJ Habibie sewaktu menjabat sebagai lambau ( Kepala Pertanian ) membawahi Ajatappareng. Rumah ini sekarang dihuni Kepala Cabang BNI 46 dan tidak lama lagi akan menjadi museum BJ Habibie, seluruh penghargaan beliau baik nasional maupun internasional akan disimpan di rumah ini.
"Harapan masyarakat Parepare Museum BJ Habibie akan diresmikan beliau namun takdir berkata lain. Beliau berpulang sebelum museum ini diresmikan," ujar Rahmat salah seorang warga.
Usai BJ Habibie dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata Jakarta, masyarakat dari berbagai elemen berkumpul di tempat kelahiran BJ Habibie pada hari Kamis (12/9) melaksanakan shalat Magrib, shalat Ghaib, tahlilan, dan yasinan.
Dalam rilis yang diterima NU Online, Jumat (13/9), Kepala Cabang BNI Andi Nuralam, dalam sambutannya berpesan untuk mengikuti jejak BJ Habibie dalam membangun rumah tangga begitu harmonis dan memberikan banyak karya terutama dalam dunia penerbangan.
"Kita patut berbangga memiliki seorang tokoh dalam membangun biduk rumah tangga begitu harmonis, sukses meniti karir hingga menjadi orang RI-1, kita patut menirunya," ungkapnya.
Ustadz Rahman dalam taushiyahnya mengingatkan tentang kematian, kita semua harus selalu siap karena kematian itu hal yang pasti dan tidak bisa dihindari.
Editor: Abdul Muiz