Kalis Mardiasih mengatakan fenomena hijrah merupakan bagian tantangan, yaitu ekslusivisme dan ekstremisme. (Foto: twitter)
Surakarta, NU Online
Tokoh muda Kalis Mardiasih menyebutkan adanya tantangan pada fenomena hijrah. Menurutnya, hijrah tidaklah masalah, asalkan tidak menarik diri dari lingkungan dan menganggap orang yang berbeda salah.
"Hal ini (fenomena hijrah) merupakan bagian tantangan, yaitu eksklusivisme dan ekstremisme. Eksklusivisme yaitu sikap yang menganggap satu kelompok saja yang paling benar dan biasanya diikuti dengan tindakan menarik diri dari kelompok lainnya," kata Kalis pada Seminar 75 Tahun Kelahiran Pancasila, Kamis (4/6).
Pada acara yang digelar bersamaan dengan Peluncuran Pusat Studi Pancasila dan Kebangsaan (PSPK) IAIN Surakarta itu, Kalis mengatakan kelompok beragama yang eksklusif belum tentu ekstrem, tapi punya potensi yang besar menjadi ekstrem.
Kemudian, soal ekstremisme, Kalis mengatakan hal itu sebagai paham yang membenarkan kekerasan atau bahkan menyeru kepada kekerasan. "Yang menjadi PR adalah bagaimana menggeser sumber daya manusia dengan semangat keagamaan yang tinggi ini untuk menjadi agama yang berkeadaban," tegas Kalis.
Kalis Mardiasih juga memaparkan hasil riset global global tentang anak milenial, di mana sebanyak 30 persen anak milenial di dunia tidak sekolah sama sekali bahkan tercatat yang bersekolah di SMP 8 persen, SMA 5 persen, dan melanjutkan kuliah hanya 0,6 persen. "Jadi, sebenarnya tidak ada bedanya antara milenial dengan orang-orang yang sebelumnya," kata Kalis.
Menumbuhkan kesadaran generasi kini
Rektor IAIN Surakarta H Mudofir mengaku sangat mengapresiasi terbentuknya Pusat Studi Pancasila dan Kebangsaan. Pembentukan Pusat Studi tersebut menurutnya untuk meningkatkan kesadaran generasi kini tentang pentingnya Pancasila sebagai kesatuan bangsa.
"Nasib Pancasila ditentukan oleh kita semua yaitu para intelektual dan tokoh-tokoh bangsa untuk memupuk nilai-nilai Pancasila melalui kecintaan terus-menerus baik makna dan filsafat Pancasila dalam kehidupan kita. Karena pancasila sebagai filsafat, hidup-matinya tergantung para intelektualnya yang meremajakan melalui tafsir-tafsir, pengayaan-pengayaan nilai, sehingga Pancasila selalu dapat menyerap aspirasi generasi muda dan perubahan dunia," ujarnya.
Setiap perguruan tinggi dan elit masyarakat. lanjutnya, berkewajiban untuk mensosialisasikan dan memberikan literasi tentang Pancasila, termasuk nilai-nilainya yang harus terus diremajakan. Sehingga, relevansinya tetap tumbuh dan generasi muda menanggap Pancasila sebagai ide cerdas, keajaiban, keberhasilan, bagaimana Indonesia yang dulunya tidak terbayangkan sebagai satu kesatuan nyata dan bertahan.
"Kebertahanan Pancasila di sistem kehidupan di Indonesia, ditentukan oleh para elitenya, kelompok-kelompok strategis di perguruan tinggi, tokoh-tokoh masyarakat, parta politik bersatu membangun kepercayaan masyarakat sehingga Pancasila menjadi satu way of life dalam berbangsa dan bernegara," imbuhnya.
Pancasila tidak harus dilawankan dengan agama-agama yang tumbuh di Indonesia. Pancasila adalah gabungan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu mengakomodir aspirasi-aspirasi kaum agamawan, kepercayaan-kepercayaan yang subur dalam sejarah Nusantara selama ini.
Aplikasi Pancasila di masa Covid-19
Pancasila telah terbukti menyelamatkan Indonesia dari penjajahan belanda, PKI, dan sebagainya, sehingga mengalami dinamika dalam pemerintahan. Nyatanya, Pancasila tetap jaya dalam merekatkan bangsa sebagai negara kesatuan. Namun, Pancasila saat ini mendapatkan tantangan berupa krisis kesehatan yaitu Covid-19.
Oleh karena itu, perlu diteguhkan nilai-nilai Pancasila untuk menghadapi Corona. Adapun implementasi nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi Covid-19 yaitu, sila pertama, mendekatkan diri kepada Alah SWT. Sila kedua, saling tolong menolong dan bekerjasama. Sila ketiga, bersatu untuk menghadapi virus bersama, baik sebagai rakyat maupun pemerintah saling membantu dan bekerja sama.
Sila keempat, kita mengikuti keputusan pemerintah dalam mengatasi visus Corona. Sila kelima menciptakan keadilan sosial bagi seluruh elemen masyarakat. Kelima sila ini sangat penting untuk meneguhkan nilai Pancasila dalam menghadapi virus Corona.
Kontributor: Nur Tanfidziyah
Editor: Kendi Setiawan