Tantangan NU di Dunia Kerja: Siapkan Tenaga Kerja Profesional
Rabu, 22 Desember 2021 | 08:30 WIB
Jakarta, NU Online
Tantangan Nahdlatul Ulama (NU) dalam dunia kerja dan bidang ketenagakerjaan adalah bagaimana NU ikut berkontribusi di dalam menyiapkan tenaga kerja yang profesional.
"Sekali lagi kalau kita sebut tenaga kerja profesional indikatornya adalah tenaga kerja berkeahlian. Tenaga kerja berkeahlian adalah tenaga kerja yang pendidikan yang cukup memadai," kata Sekretaris Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) M. Kholid Syeirazi pada tayangan Road to Muktamar Ke-34 NU: NU dan Tantangan Penyediaan Kerja Profesional diakses Selasa (21/12/2021).
Menurutnya di era sekarang ini potret demografi ketenagakerjaan dua pertiga berpendidikan SLTA ke bawah. Padahal saat ini yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang profesional punya skill, bukan hanya menjadi sekrup dari industri tetapi juga inovator-inovator.
"Dan itu semua perlu dipimpin oleh latar belakang pendidikan yang memadai khususnya IT. Sekarang di era disrupsi itu kemampuan yang paling dibutuhkan adalah semakin banyak inovator-inovator yang bisa mendorong ekonomi berbasis pengetahuan," jelasnya.
Ia mengatakan bahwa NU itu kuat di penyediaan entitas pendidikan SLTA ke bawah, sehingga tantangannya adalah bagaimana mendorong anak-anak NU yang sudah bersekolah di LP Ma'arif ini bisa ditampung di Universitas Nahdlatul Ulama dan Institut Teknologi Sains Nahdlatul Ulama yang fokusnya bukan hanya sosial humaniora tetapi juga saintek.
"Demografi Indonesia itu 49,5 persen itu dekat dengan NU. Artinya, ada 132 jiwa Muslim di Indonesia yang mungkin berafiliasi atau simpati dengan NU," ujarnya.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa jika NU ingin berkontribusi terhadap penyediaan tenaga kerja profesional, tentu saja perguruan tinggi berkeahlian yang berfokus kepada bidang saintek harus diperbanyak.
"Tantangan pengembangan sumber daya manusia di lingkungan NU adalah mencetak lebih banyak teknokrat. Institut Teknologi Sains Nahdlatul Ulama harus diperbesar sehingga kita akan mencetak sumber daya manusia yang ideologis. Mereka NKRI harga mati, nasionalis tetapi juga sekaligus mereka profesional," ungkapnya.
M. Kholid Syeirazi mengatakan tantangan penyediaan tenaga kerja profesional di lingkungan NU itu bagaimana mencetak orang-orang yang ideologis sekaligus profesional.
Dalam rangka menyongsong kebangkitan NU, sambung Kholid, pilar-pilar ini harus menjadi konsentrasi kita bersama. "Jadi mudah-mudahan Unusia nanti punya fakultas yang favorit bukan hanya fakultas yang basisnya adalah sosial humaniora dan keagamaan, tetapi juga fakultas-fakultas saintek," pungkasnya.
Kontributor: Kendi Setiawan
Editor: Kendi Setiawan