Tayangan Trans7 Soal Pesantren Lirboyo Tuai Kecaman, Ini Respons Alumni hingga KPI
Selasa, 14 Oktober 2025 | 10:04 WIB
Jakarta, NU Online
Program tayangan "Xpose Uncensored" di Trans7 yang menyorot pondok pesantren an kiai pada 13 Oktober 2025 memicu kontroversi dan menciptakan kegaduhan di media sosial. Tayangan tersebut menampilkan sosok Pendiri Pesantren Hidayatul Mubtadiat Kompleks Lirboyo KH Anwar Manshur secara tidak proporsional dengan narasi bernada negatif dan bermegah-megahan.
Selain itu, beberapa bentuk penghormatan santri kepada guru yang merupakan tradisi lazim di lingkungan pesantren juga dikritik secara kurang bijak.
Ragam reaksi penolakan terhadap tayangan tersebut juga bergulir di media sosial. Tagar #BoikotTrans7 ramai digunakan warganet, terutama lewat fitur berbagi cerita di Instagram dan trending di media sosial X. Hingga Selasa (14/10/2025) pukul 09.49 WIB, unggahan dengan tagar tersebut telah menarik perhatian lebih dari 137 ribu pengguna.
Menanggapi hal itu, Alumni Lirboyo 2008 M Imaduddin menyatakan kekecewaannya terhadap narasi yang disajikan dalam tayangan tersebut, terutama terkait penggambaran kiainya yang dinilai tidak sesuai dengan kenyataan.
“Sejak kemarin kalau tidak salah jam 5 tayangan itu viral, kaget juga kita sebagai alumni kok kiai kita ini dinarasikan seperti ini. Pertama soal kiainya bermewah-mewah, kiainya kaya raya karena terima amplop dari muridnya, terus jalannya ngesot," katanya saat dihubungi NU Online pada Selasa (14/10/2025).
"Kalau kita sebagai santri paham, kalau tradisi pesantren seperti itu dan akhirnya teman-teman alumni kita kumpul semalam setelah Isya. Kemudian kita koordinasi dengan pesantren Lirboyo, ya karena kita tidak mau bertindak tidak ada arahan dari Lirboyo. Akhirnya kita semalam harus menyatakan sikap,” lanjut Wakil Rais Syuriah PCNU Jakarta Utara itu.
Pihaknya juga telah menyatakan sikap tegas atas kejadian tersebut. Pertama, mereka mengecam keras tayangan yang dinilai melecehkan kiai, institusi pesantren, dan santri—kelompok yang selama ini telah memberikan kontribusi besar bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Kedua, menuntut Trans7 untuk menyampaikan permintaan maaf secara terbuka dan langsung kepada para masyayikh Pondok Pesantren Lirboyo.
Ketiga, lanjutnya, mendesak agar video tersebut segera ditarik, dicabut, atau di-take down dari seluruh platform media yang terafiliasi dengan Trans7. Keempat, meminta agar Trans7 menayangkan program edukatif khusus tentang pesantren, guna mengedukasi publik mengenai sumbangsih dan tradisi pesantren yang sebenarnya, serta mencegah terulangnya kesalahpahaman di tengah masyarakat.
Sementara itu, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Ubaidillah menyayangkan tayangan tersebut karena dinilai mencederai nilai-nilai luhur penyiaran dan mengganggu suasana kebatinan pesantren.
“Penyiaran ditujukan untuk menjadi jembatan yang bisa mengukuhkan integrasi nasional. Tayangan ini justru menimbulkan kegaduhan karena dinilai menyinggung suasana kebatinan pesantren,” ujarnya menurut keterangan yang diterima NU Online pada Selasa (14/10/2025).
Sebagai respons atas kontroversi ini, Ketua KPI Ubaidillah menyatakan bahwa pihaknya akan melanjutkan penanganan kasus sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Salah satunya adalah dengan menggelar sidang pleno untuk membahas dan menentukan sikap resmi KPI secara kelembagaan terhadap tayangan tersebut.
“Kami imbau kepada lembaga penyiaran agar mengedepankan regulasi sebagai acuan menayangkan program siaran. Mengacu kepada sumber-sumber kredibel dan sesuai fakta,” ujarnya.
Menanggapi kontroversi yang berkembang, Trans7 mengeluarkan surat permohonan maaf resmi tertanggal 13 Oktober 2025 yang ditujukan kepada pihak Pondok Pesantren Lirboyo, khususnya PP Putri Hidayatul Mubtadiat. Dalam surat tersebut, Trans7 mengakui adanya keteledoran dalam tayangan yang merugikan keluarga besar pesantren.
“Kami dari TRANS7 dengan segala kerendahan hati menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada segenap Kyai dan Keluarga, para Pengasuh, Santri, serta Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, khususnya di bawah naungan PP. Putri Hidayatul Mubtadiat,” tulis Trans7 dalam surat yang diterima NU Online pada Selasa (14//10/2025).
Surat itu juga menyatakan bahwa tayangan tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan menjadi pembelajaran agar tidak menayangkan pemberitaan yang tidak relevan dan dapat merugikan kehidupan pesantren, khususnya Pondok Pesantren Lirboyo.
Trans7 berkomitmen untuk menghadirkan tayangan yang menampilkan nilai-nilai positif dari keteladanan kehidupan pesantren di Indonesia.
“Kami berharap surat ini dapat diterima sebagai bentuk itikad baik dan komitmen kami untuk menjaga marwah lembaga pendidikan keagamaan, khususnya pesantren,” pungkas surat tersebut.