KH Masyhuri Malik (kiri) saat berbicara dalam forum doa bersama dan pembacaan sholawat nariyah. (Foto: Tangkapan layar TVNU)
Jakarta, NU Online
Wakil Ketua Majelis Pertimbangan PB IKA PMII KH Masyhuri Malik mengatakan, masyarakat kita wajib memiliki sikap pokok pada saat menghadapi pandemi Covid-19. Setidaknya ada tiga sikap pokok yang harus dimiliki saat wabah melanda.
Hal tersebut dikatakannya saat didaulat berbicara dalam acara ‘Shalawat Nariyah dan Doa untuk Keselamatan Bangsa dari Wabah’, yang digelar secara daring, Rabu (7/7) malam.
“Pertama, sikap keseriusan berdoa kepada Allah. Termasuk memohon perlindungan kepada Allah, dengan segala keyakinan dan sekuat tenaga agar bencana ini dihilangkan,” ujar Kiai Masyhuri.
Kedua, lanjut dia, sikap sabar juga perlu dimiliki setelah memohon perlindungan. “Karena kita tidak tahu kapan pandemi ini berakhir. Sikap sabar juga akan membuat kita bersyukur,” terang Pimpinan Yayasan Perguruan Islam Ar-Raudhah Bekasi ini.
Menurut Kiai Masyhuri, masyarakat tidak perlu berpikir negatif menghadapi pandemi Covid. Terlebih, merekayasa cerita untuk kepentingan pribadi. “Padahal kita cukup memohon perlindungan dan sabar,” tandasnya.
Santri Mbah Ma’shum Lasem Rembang ini menambahkan, sebagai umat beragama yang awam, hendaknya mengikuti para ahli yang berkompeten seperti dokter, ahli kesehatan, pemerintah, dan ulama.
“Sebenarnya yang kita kenal dengan karantina, isolasi mandiri, lockdown, itu sudah ada pada zaman Rasulullah SAW. Sudah ada arahan langsung zaman dahulu, sehingga semestinya kita disiplin dalam menyikapi pandemi ini,” ungkapnya.
Ketiga, lanjut dia, adalah sikap khusnudzan (berprasangka baik) kepada ketentuan Allah SWT. Termasuk sebesar apapun musibah yang dihadapi menjadi proses diangkatnya derajat manusia.
Saatnya bertaubat
Kiai Masyhuri dalam kesempatan itu mengajak warga Nahdliyin untuk bertaubat. “Musibah yang kita alami sepertinya tidak terlepas dari sikap dan perilaku kita selama ini. Rasanya, sudah waktunya kita semua bertaubat,” ajak Kiai Masyhuri.
Ketua Program Kaderisasi PBNU periode 2011 ini menegaskan, musibah yang bersifat adzab tidak hanya mengenai orang-orang yang bermaksiat. Semua orang yang berada di sekelilingnya akan merasakan juga.
Secara khusus, Kiai Masyhuri mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi TVNU dan PMII itu. “Ini langkah besar dan harus terus dilakukan baik jamaah maupun pribadi,” tuturnya.
Bagi dia, masyarakat tidak perlu memperdebatkan dilarangnya jamaah ke masjid atau dilarangnya ibadah haji karena sudah ada dalam sejarah di zaman dahulu.
“Kasihan masyarakat awam yang disuguhi totonan dan pembahasan yang sebenarnya sudah ada pada zaman dahulu. Jadi, ini tidak layak diperdebatkan lagi,” pungkasnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori