Usai Ikuti PMKNU, Peserta Dibaiat di Makam Ulama Kharismatik Kota Metro
Ahad, 27 November 2022 | 18:00 WIB
Metro, NU Online
Pukul 03.00 dini hari, Ahad (27/11/2022) seluruh peserta Pendidikan Menengah Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (PMKNU) Angkatan Ke-3 yang dinyatakan lulus melakukan kegiatan pembaiatan. Peserta yang sejak 23 November mengikuti PMKNU di Institut Agama Islam Ma'arif NU Metro, Lampung ini dibaiat dan diberikan arahan oleh para instruktur nasional.
Pembaiatan dilaksanakan di area makam ulama kharismatik Kota Metro Almaghfurlah KH Khusnan Musthofa Ghufron, yang berada di kompleks Pesantren Darul A'mal 16 C Kota Metro. Pembaiatan ini sebagai puncak dari PMKNU yang merupakan pendidikan kaderisasi bagi para pemimpin NU.
“Tidak ada pertemuan tanpa perpisahan. Tidak ada pembukaan tanpa penutupan. Tapi, itu tak berlaku pada pengkhidmatan kita di Nahdlatul Ulama,” kata KH Miftah Faqih, salah satu instruktur nasional saat menyampaikan amanat baiat.
Kiai Miftah mengingatkan bahwa sebagai para pemimpin NU, para peserta PMKNU yang merupakan para pengurus inti NU di Lampung ini mengemban amanah untuk terus menjaga nurullah (cahaya-cahaya Allah). Pengkhidmatan ini dilakukan dengan memegang teguh Islam Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) An-Nahdliyah.
Aswaja ini, lanjut dia, adalah paham yang berpegang pada Al-Qur'an, sunnah Nabi, dan para sahabat dengan sanad keilmuan yang jelas dengan fiqih bermadzhab pada salah satu madzhab empat, yaitu Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'I, dan Imam Hanbali.
Dalam berakidah, Aswaja NU berkesuaian dengan aqidah Islam yang diajarkan Rasulullah yang sudah dikemas rapi dalam manhaj Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Sementara bertasawuf mengikuti pendapat-pendapat yang sudah dirumuskan oleh Imam Junaidi al-Baghdadi dan Imam al-Ghazali.
Dalam menjalankan perkumpulan NU, Kiai Miftah juga mengingatkan para peserta untuk tetap berpegang pada Qanun Asasi, Anggaran Dasar, dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama.
“Jadikan semuanya pedoman dan landasan dalam menjaga serta menerangkan Nurullah di muka bumi ini,” ajaknya.
Kiai Miftah juga mengingatkan para pemimpin NU untuk kompak dalam mendampingi warga sebagai khidmah di NU. Semuanya harus dilakukan dengan suka cita dan kesadaran serta sebagai bentuk tanggung jawab.
Jika terjadi perbedaan dan kerenggangan dalam proses berkhidmat, maka harus melakukan konsultasi, koordinasi, komunikasi dan merapatkan kembali barisan dengan solusi kreatif bagi kemaslahatan semua.
“Tidak ada jalan buntu bagi kemaslahatan NU. Kita adalah satu, punya rumah satu dan punya tanggung jawab dalam agama dan bernegara serta kemanusiaan di bawah landasan cinta kasih tanpa pandang bulu,” kata Kiai Miftah.
Seperti pohon
Kiai Miftah mengibaratkan NU sebagai sebuah pohon besar yang menancap kuat akarnya ke dalam tanah. Dengan daun-daun lebat nan rindang yang menyejukkan bagi siapa saja yang berteduh di bawahnya.
Pohon ini tidak memilah dan memilih siapa yang akan berteduh di bawahnya. Sebuah pohon yang berbuah dan tidak membatasi siapa yang ingin menikmati manis dan segarnya buah yang dihasilkannya.
“Jangan biarkan pohon ini ditebang oleh siapapun. Pertahankan,” tegas Kiai Miftah.
Dalam pembaiatan tersebut, para peserta juga melakukan istighotsah dan ikrar baiat yang kemudian ditutup dengan prosesi mencium bendera NU dan bendera Merah Putih sebagai wujud kecintaan dan kesiapan membela NU dan Indonesia.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori