Usmar Ismail Diberi Gelar Pahlawan Nasional, Lesbumi NU Persembahkan Konser Ya Lal Wathan
Jumat, 29 Oktober 2021 | 12:50 WIB
Jakarta, NU Online
Pemerintah Republik Indonesia memberikan gelar pahlawan nasional kepada Usmar Ismail, Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama (NU) pertama, pada 1962-1969. Penganugerahan gelar ini akan disampaikan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor pada 10 November 2021.
Ketua Pengurus Pusat (PP) Lesbumi NU KH M Jadul Maula merasa bersyukur atas gelar pahlawan nasional yang diberikan kepada Usmar Ismail. Sebagai wujud syukur dan penghargaan kepada Usmar Ismail, Lesbumi NU akan menyelenggarakan konser Ya Lal Wathan dengan perpaduan musik.
“Kami mendengar hari ini Usmar Ismail diangkat menjadi pahlawan nasional. Ini satu anugerah. Kami bersyukur dan berterima kasih kepada pemerintah atas penghargaan ini. Malam ini kita akan menyelenggarakan konser Ya Lal Wathan oleh Ansambel Lesbumi untuk kita hadiahkan kepada Usmar Ismail sebagai Ketua Lesbumi yang pertama,” kata Kiai Jadul melalui pesan suara kepada NU Online, Jumat (29/10/2021).
Konser tersebut dilangsungkan di dalam rangkaian Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Lesbumi NU, Kamis-Jumat (28-29/10/2021) untuk menyongsong Muktamar ke-34 NU, pada 23-25 Desember 2021, di Provinsi Lampung.
Ia menuturkan, penetapan anugerah gelar pahlawan kepada Usmar Ismail bertepatan dengan momentum penutupan Rakornas Lesbumi NU dan Puncak Hari Santri 2021. Hal tersebut menjadi hadiah dan penghargaan yang sangat besar bagi Lesbumi NU.
“Mudah-mudahan ini menjadi satu momentum yang bagus untuk memberi semangat, spirit kepada teman-teman Lesbumi terus berkarya ke depan,” katanya.
Menurut Kiai Jadul, Usmar Ismail telah berjasa dalam membangun karakter nasional di dalam perfilman tanah air. Tokoh yang dijuluki Bapak Perfilman itu juga telah menanamkan spirit pengembangan karakter dan budaya bangsa Indonesia. Hal itulah yang menjadi sebuah komitmen Lesbumi NU untuk terus berkarya.
“Jadi konser Ya Lal Wathan sebenarnya ungkapan nasionalisme dan nanti malam kita konser dengan aransemen perpaduan musik klasik barat, hadrah dan gamelan Jawa. Ini untuk melambangkan satu universalisme. Nasionalisme kita bukan chauvinism, tapi nasionalisme yang multikultural, dialog lintas peradaban untuk harmoni perdamaian,” tegas Kiai Jadul.
Untuk diketahui, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD telah mengumumkan pemberian gelar pahlawan nasional kepada empat tokoh yakni Usmar Ismail dari DKI Jakarta, Tombolatutu dari Sulawesi Tengah, Sultan Haji Muhammad Idris dari Kalimantan Timur, dan Raden Ayra Wangsakara.
“Itu pahlawan nasional yang nanti akan diserahkan kepada keluarga para almarhum di Istana Bogor, pada Hari Pahlawan 10 November 2021,” kata Mahfud melalui konferensi pers yang disiarkan langsung melalui Kanal Youtube Kemenko Polhukam, pada Kamis (28/10/2021).
Dijelaskan, keputusan itu diberikan kepada Usmar Ismail dan ketiga tokoh lainnya karena menginspirasi untuk membangun Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Juga ikut berjuang untuk memajukan Indonesia sehingga kemerdekaan itu lebih bermakna.
Tentang Usmar Ismail
Diambil dari NUPedia, Usmar Ismail lahir di Bukittinggi pada 20 Maret 1921. Ia merupakan seorang wartawan, sastrawan, dan sineas terkemuka negeri ini. Selain pernah menjabat sebagai Ketua Lesbumi NU, ia menjabat Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 1947 dan Anggota DPR-GR/MPRS mewakili NU pada 1966-1969.
Usmar Ismail merintis perkembangan film Indonesia dengan mendirikan Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini) pada 30 Maret 1950. Darah dan Doa merupakan film pertama besutan anak bangsa sekaligus karya Garapan Perfini pertama. Karyanya ini menjadi tonggak sejarah perfilman Indonesia sehingga tak salah Usmar Ismail mendapat julukan Bapak Perfilman Indonesia.
Usmar Ismail menempuh pendidikan formal di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) tingkat dasar di Batu Sangkar. Kemudian dilanjut di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Padang dan Algemene Middlebere School (AMS) di Yogyakarta pada 1940-an. Setelah itu, ia menempuh pendidikan tinggi di Universitas California, Los Angeles, Amerika Serikat.
Usmar mengambil studi sinematografi. Hal itu membuatnya semakin kaya dengan pengetahuan dan pengalaman mengenai perfilman. Satu dekade pasca pendirian Perfini, karyanya merambah dunia internasional. Film berjudul Perjuangan mendapat anugerah sebagai film terbaik dalam Festival Film Moskow 1961.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Aiz Luthfi