Nasional

UWRF 2025 Angkat Tema Aham Brahmasmi, Soroti Kesatuan Manusia dan Alam

Rabu, 1 Oktober 2025 | 18:00 WIB

UWRF 2025 Angkat Tema Aham Brahmasmi, Soroti Kesatuan Manusia dan Alam

Konferensi Pers Ubud Writers and Readers Festival di Perpustakaan Wisma Habibie-Ainun, Jakarta, Rabu (1/10/2025). (Foto: NU Online/Afrilia)

Jakarta, NU Online

Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2025 akan diselenggarakan di Ubud, Bali, pada 29 Oktober hingga 2 November 2025. Festival tahunan yang mempertemukan penulis dan pembaca dalam skala besar ini mengusung tema reflektif Aham Brahmasmi (I am The Universe), yang bermakna manusia dan penyatuannya dengan alam, karena setiap insan adalah alam itu sendiri.


Pendiri dan Direktur Festival UWRF Janet De Neefe menjelaskan bahwa Aham Brahmasmi mengajak manusia untuk merenungkan keterhubungan mendalam antara diri dan alam semesta.


De Neefe kemudian menyampaikan pertanyaan retorik yang kritis tentang keseimbangan di era inovasi.


“Dapatkah kebijaksanaan dan inovasi berjalan beriringan demi kebaikan bersama? Atau justru kita sedang menuju era ketidakseimbangan, di mana kemajuan teknologi melampaui pertumbuhan moral dan spiritual kita?" ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Rabu (1/10/2025),


Senada dengan hal tersebut, proses kurasi untuk festival tahun ini juga menekankan keselarasan dengan tema utama.


Ratih Kumala, penulis dan anggota Dewan Kuratorial, mengungkapkan bahwa dari 600 naskah yang masuk, seleksi mempertimbangkan representasi keindonesiaan yang cocok dengan Aham Brahmasmi.


Ratih mengisahkan, Ketua Dewan Kurator I Made Purnamasari menjadi penyaring pertama sebelum naskah-naskah tersebut dikerucutkan menjadi 30 karya.


Uniknya, UWRF 2025 berkolaborasi dengan Penguin South East Asia untuk menerbitkan buku antologi dari sepuluh penulis muda Indonesia dalam bahasa Inggris.


“Kami harus memilih 10 nama, yang harus mewakili cerita Indonesia, secara tema I am the Universe sih masuk tapi tahun ini gimana caranya bukan cuma menyaring mereka tapi juga menerbitkan dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris," ujar penulis Gadis Kretek ini.


Menurut Ratih, upaya ini adalah batu loncatan bagi penulis muda untuk mengglobal dengan karyanya yang langsung terbit dalam dua bahasa.


Ratih juga menyoroti inti pesan festival mengenai hubungan manusia dan alam.


“Tema Ubud Writer and Readers Festival tahun ini berhubungan dengan manusia menempatkan diri yang sama dengan alam. Alam adalah bentuk tertinggi yang bisa dieksplorasi oleh kreativitas manusia. Manusia punya dua pilihan dalam hal ini, eksplorasi atau eksploitasi," jelasnya.


Saat UWRF 2025 berlangsung, para peserta akan menggali jalinan erat antara diri dan semesta melalui berbagai format acara,antara lain diskusi panel, makan siang sastra, pertunjukan, hingga lokakarya yang diselenggarakan dari matahari terbit hingga terbenam.


Pada malam hari, peserta dapat menikmati berbagai acara gratis di beberapa titik di Ubud yang lekat dengan nuansa kehangatan persahabatan antara penulis dan pembaca.