Malang, NU Online
“Wafatnya ulama lebih pedih dari kerusakan alam,” ujar KH Mustofa Bisri (Gus Mus) sambil menitikkan air mata. Gus Mus mewakili keluarga memberikan penghormatan terakhir kepada KH Masduqi Mahfudz, Sabtu (1/3) kemarin di Masjid Jami’ Malang.<>
“Jika ada urusan duniawi dengan para jamaah, saya mewakili keluarga mohon untuk segera diselesaikan, jika ada salah dari Kiai moon dimaafkan,” seru Gus Mus.
Rais Aam PBNU yang menggantikan KH Sahal Mahfudh itu mengatakan, semasa hidup KH Masduqi tidak lepas dari mendedikasikan waktunya untuk ilmu, masyarakat dan kemaslahatan umat.
Saat kiai asal Rembang itu meminta kesaksian akan kebaikan KH Masduqi, sontak puluhan ribu jama’ah menjawab, “Kiai adalah orang baik…!”. “Demi Allah Kiai Masduki sangat baik,” susul jama’ah yang lain.
“Hati kita sangat sedih guru kita, dalam rentan waktu yang tidak lama, kita kehilangan ulama-ulama besar, KH Sahal Mahfudh, KH Zainal Abidin Munawir, KH Waris dan semua adalah pimpinan Nahdiyin dan sekarang KH Masduqi menyusul menghadap Sang Khaliq. Sebenarnya Indonesia sedang menghadapi apa?” kata Gus Mus kepada para jama’ah.
KH Drs Achmad Masduqi Machfudh, Pengasuh Pondok Nurul Huda Mergosono, Malang dikenal sebagai sosok yang santun, tawadhu, sederhana dalam hidup dan totalitas dalam mengamalkan ilmu-ilmu agama. Selain berkecimpung dalam dunia pendidikan sebagai dosen UIN Maliki Malang, Kiai Masduqi juga rutin mengisi pengajian-pengajian di sejumlah masjid di Malang.
Kiai Masduqi seringkali mengisi ceramah agama ditempat-tempat wilayah jawa timur yang sulit dijangkau oleh kebanyakan dai, mubaligh, dan kiai. Pemahamannya terhadap kitab gundul sangat dalam, baik dalam pembahasan masalah di forum Majlisul Bahtsi wal Muhadlaratud Diniyyah, kodifikasi hukum Islam, bahtsul masail, maupun tanya jawab hukum Islam pada majalah Aula.
Tak ayal, puluhan ribu masyarakat berderai air mata saat mengentarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir Sang Kiai. Selamat Jalan Kiai. (Diana Manzila/Anam)
Gambar: Gus Mus saat mengusung keranda KH Warsun Munawwir, Krapyak, Yogyakarta, April 2013.