Wamenlu Sebut Daya Saing Tinggi Santri Kunci Majukan Negeri
Jumat, 20 September 2019 | 05:30 WIB
Dunia bergerak begitu cepat dengan pesatnya perkembangan teknologi. Hal tersebut tentu memberikan banyak tantangan zaman saat ini, tak terkecuali bagi para santri. Wakil Menteri Luar Negeri RI Abdurrahman Mohammad Fachir menyebut setidaknya ada empat tantangan santri zaman now.
“Kalau generasi republik adalah memerdekakan negara yang tercinta ini, sekarang tantangannya berbagai macam, (pertama) rivalitas antar negara-negara, (kedua) perang dagang, (ketiga) perubahan iklim, (keempat) ancaman non-tradisional terhadap keamanan seperti terorisme,” ujarnya saat Peluncuran Peringatan Hari Santri 2019 di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kementerian Agama Republik Indonesia, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (19/9).
Menurut Fachir, tantangan yang sedemikian kompleks ini perlu dijawab dengan daya saing tinggi. “Pada saat dunia dihadapkan pada tantangan seperti itu, maka kita harus memiliki daya saing yang tinggi,” katanya.
Dia menjelaskan, daya saing bisa dimulai dengan ikut aktif berkegiatan positif semasa di pesantren. Sebab, selain mengajarkan keikhlasan, pesantren juga membuka jejaring yang luas mengingat santri di suatu pesantren berasal dari berbagai macam daerah. Hal tersebut membuka kebiasaan para santri untuk berinteraksi dengan orang yang berbeda latar belakang dan budaya. Di samping itu, para kiai di pesantren juga menanamkan pada jiwa santri-santrinya untuk menjadi orang yang paling bermanfaat di sekitarnya, merujuk sebuah hadits ‘Orang terbaik adalah yang paling bermanfaat.’
Hal itu, lanjutnya, merupakan didikan pesantren yang harus dipegang dan diwariskan terus-menerus dari generasi ke generasi. Didikan itu juga perlu dilengkapi dengan bekal yang cukup dari ilmu pengetahuan keagamaan maupun pengetahuan untuk kita menjadi orang yang unggul dan memiliki daya saing yang tinggi.
Daya saing tinggi ini sudah ditunjukkan oleh para pendiri bangsa sebagai laku menjalankan amanat republik dengan membuat Konferensi Asia Afrika hanya selang 10 tahun selepas merdeka.
Meskipun demikian, tugas santri belum selesai. Sebab, masih ada satu negara yang hadir pada waktu Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung yang belum merdeka, yaitu Palestina. “Kita berutang kemerdekaan pada Palestina. Karena itu, kita harus selalu memperjuangkan kemerdekaan Palestina,” tegasnya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Muchlishon