Wapres Ma’ruf Amin: Pancasila Pemersatu Kemajemukan Indonesia
Jumat, 28 Januari 2022 | 09:10 WIB
Jakarta, NU Online
Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin pada seminar internasional yang digelar International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) mengungkapkan toleransi dan kerukunan di Indonesia tertanam pada Pancasila.
Disebutkan, Pancasila menyatukan kemajemukan bangsa Indonesia dengan tetap menghormati nilai-nilai dan praktik beragama yang dianut oleh masyarakat Indonesia.
"Toleransi dan kerukunan di Indonesia menjadi nilai yang tertanam dalam dasar negara, Pancasila," kata Wapres dalam Seminar Internasional bertajuk Membangun Kerja Sama Internasional untuk Menguatkan Komitmen dan Praktik Islam Rahmatan Lil 'Alamin di Dunia, Selasa (25/1/2022).
Nilai-nilai Pancasila, menurutnya, juga terlihat dari sikap umat Islam Indonesia yang mengembangkan konsep dasar ukhuwah (persaudaraan) dalam tiga aspek, yaitu ukhuwah islamiyah atau persaudaraan sesama Muslim; ukhuwah wathaniyah atau persaudaraan satu bangsa; dan ukhuwah insaniyah atau persaudaraan sesama manusia.
"Tiga aspek dalam konsep dasar ukhuwah itu merupakan kekhasan umat Islam di Indonesia," tutur kiai kelahiran Tangerang, Banten, 11 Maret 1943 itu.
Oleh karena itu, Kiai Ma’ruf mengajak seluruh umat Islam untuk menghormati nilai-nilai dan praktik beragama yang dianut masyarakat Indonesia. "Islam yang moderat, bersahabat, dan toleran dapat tercipta sebagaimana tujuan dari komitmen dan praktik Islam yang ingin menciptakan perdamaian dunia," terang Musytasyar PBNU itu.
Hal senada diungkapkan Staf Ahli Hubungan Antarlembaga Kemenag RI, Muhsin Syihab. Ia mengatakan, pemerintah Indonesia memainkan peran vital dalam merawat ukhuwah, baik ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam), maupun ukhuwah basyariyah (persaudaraan kemanusiaan global)
.
Atas dasar itu, Pemerintah RI berkomitmen untuk memfasilitasi interaksi antar ide dan gagasan dalam kerja sama internasional. "Kemenlu telah melakukan berbagai dialog dan kolaborasi sejak tahun 2004," ujarnya.
Melalui dialog tersebut, Pemerintah RI melalui Kemenlu mendorong konsep Islam rahmatan lil 'alamin menjadi dasar dari berbagai kebijakan internasional.
Disebutkan, bahwa Indonesia telah bermitra dengan 34 negara dalam melakukan dialog antar iman. Dalam dialog-dialog tersebut dibahas bagaimana cara menanggulangi konflik antar agama.
"Indonesia terus menggelar berbagai konferensi internasional dengan pemimpin-pemimpin dunia Islam untuk merevitalisasi prinsip-prinsip Islam wasathiyah di tengah-tengah tantangan global," terang dia.
Indonesia, lanjutnya, juga menggelar Konferensi Bilateral Ulama di Bogor pada 11-12 Mei 2018. Kegiatan tersebut mendiskusikan tentang masa depan Afghanistan. Konferensi tersebut dihadiri oleh akademisi dari Afghanistan, Pakistan, dan Indonesia.
"Pancasila dan UUD 1945 adalah manifestasi dari prinsip-prinsip Islam wasathiyah. Maka, dalam berbagai forum internasional, kami selalu sharing tentang penerapan Islam wasathiyyah di Indonesia," sambung Muhsin.
Ia menyampaikan, Kemenlu berharap agar setiap elemen memperkuat pengaplikasian Islam rahmatan lil 'alamin. Kemenlu juga berharap agar Indonesia masyarakat Indonesia menjadi contoh bagi penerapan Islam rahmatan lil 'alamin di tingkat global.
"Pemerintah, komunitas, serta masyarakat sipil di Indonesia harus menjadi yang terdepan dalam mengimplementasikan Islam rahmatan lil 'alamin," imbuh dia.
Sebagai informasi, acara ini diselenggarakan dari tanggal 25-27 Januari 2022, bekerjasama dengan beberapa organisasi masyarakat keislaman, yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Kegiatan ini juga didukung oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Pakistan, Tunisia, dan Malaysia.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Kendi Setiawan