Waspada, Cyber Bullying Lebih Berbahaya karena Sulit Terdeteksi Orang Sekitar
Senin, 4 Maret 2024 | 07:00 WIB
Jakarta, NU Online
Era teknologi membuat tindakan perundungan atau bulliying dapat terjadi baik secara langsung maupun online. Secara online terkadang membuat sulit terdeteksi karena lewat jaringan pribadi.
Menurut Psikolog Pendidikan, Asriana Kibtiyah, mayoritas anak-anak sekolah saat ini memiliki handphone serta akun media sosial. Mereka memiliki kecenderungan mencoba hal baru yang terkadang merugikan orang lain, tak terkecuali di platform online.
"Cyber bullying (perundungan siber) sering kali terjadi melalui media sosial, SMS/teks atau pesan instan, email, atau platform online apa pun tempat anak-anak berinteraksi," jelasnya, Ahad (3/3/2024).
Dikatakan, bullying di dunia maya bisa lebih berbahaya karena orang di sekitar sulit memprediksi. Berbeda dengan penindasan secara langsung, bulliying di dunia maya dapat menjangkau korbannya di mana saja, kapan saja.
Selain itu, kekerasan lewat media sosial juga bisa dilakukan dengan menyebarkan foto atau video pribadi, aktivitas pribadi lainnya yang terkadang meninggalkan jejak digital yang sulit dikontrol penyebarannya.
Hal ini dapat menyebabkan kerugian besar, karena dengan cepat menjangkau khalayak luas dan meninggalkan jejak online permanen bagi semua yang terlibat.
"Karena orang tua mungkin tidak selalu mengikuti apa yang dilakukan anak-anak mereka di platform ini, mungkin sulit untuk mengetahui kapan anak terkena dampaknya," katanya.
Hidupkan komunikasi dengan anak
Ia menambahkan, solusi yang paling efektif dalam mengatasi bullying yaitu menghidupkan komunikasi yang intens dan dua arah dengan anak. Sehingga anak bisa terbuka dan nyaman cerita terkait masalah yang sedang dihadapinya. Tidak terkecuali masalah bullying.
Sering kali, anak takut cerita ke orang dewasa atas bullying yang dialaminya karena ada ancaman dari pelaku maupun takut berdampak panjang. Apalagi saat mental anak terganggu lewat pesan pribadi atau doxing.
Bulliying secara langsung dapat menimbulkan dampak buruk dan jangka panjang bagi anak-anak. Selain dampak fisik dari penindasan, anak-anak mungkin mengalami masalah kesehatan emosional dan mental, termasuk depresi dan kecemasan, yang dapat menyebabkan penyalahgunaan zat, dan penurunan prestasi di sekolah.
"Bahkan bullying bisa mengakibatkan keinginan bunuh diri pada diri korban," tegas Asriana.
Melihat dampak buruk tersebut, Asriana Kibtiyah menyarankan lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal, khususnya model asrama wajib menciptakan lingkungan yang aman bagi tumbuh kembang anak, baik secara fisik, mental/emosional dan spiritualnya. Termasuk memberikan arahan agar anak tidak menjadi pelaku perundungan secara online maupun offline.
"Kita tahu, bahwa setiap anak berhak atas lingkungan pendidikan yang aman dan terpelihara, yang menghormati martabat mereka. Semua anak berhak atas pendidikan, dan perlindungan dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental, cedera atau pelecehan, serta bebas dari aktifitas penindasan," tandasnya.