Sosok Kiai Musthafa Imron di Mata Santri dan Alumni TBS Kudus
Senin, 12 April 2021 | 00:30 WIB
Almaghfurlah KH Musthafa Imron saat masih hidup mendedikasikan hidupnya untuk mengajar. (Foto: Istimewa)
Kudus, NU Online
Selang sehari pasca-wafatnya KH Musthafa Imron, sejumlah santri madrasah NU Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus, Jawa Tengah, mengungkapkan kekaguman kepada beliau. Mereka bercerita tentang sosok salah seorang masyayikh Madrasah TBS tersebut yang wafat dalam usia 67 tahun, Ahad (11/4) kemarin.
Alumnus tahun 2013, Ahmad Hariyanto mengaku, almaghfurlah KH Musthafa Imron adalah sosok kepala madrasah yang sangat disiplin. Beliau selalu berkeliling melihat kondisi kelas-kelas.
“Ketika tidak ada pekerjaan di kantor, beliau sering berkeliling dan mengecek kelas yang kosong. Lalu, beliau mengisi materi motivasi. Banyak yang mengenal beliau sebagai motivator,” terangnya.
Baca juga: Innalillahi, Masyayikh Madrasah TBS Kudus KH Musthafa Imron Wafat
Ia menambahkan, KH Musthafa Imron sering memberikan contoh alumni madrasah TBS yang telah mencapai kesuksesan. Seperti belajar di luar negeri, menjadi dosen, pengusaha, dan menjadi kiai terkenal.
“Beliau sering memberikan inspirasi kepada para santri agar tidak minder, karena sama-sama manusia yang makan nasi. Beliau memang nakhoda yang tidak tergantikan,” jelasnya.
Alumnus yang kini menjadi pengurus Pesantren Yanbu’ul Quran Kudus itu menambahkan, Kiai Musthafa Imron ingin para santri menerima beasiswa kedokteran dan bercita-cita memiliki ma’had aly telah terkabul sebelum beliau wafat.
“Dulu saat saya masih sekolah, beliau mengidam-idamkan memiliki santri yang menjadi dokter melalui beasiswa, terutama jalur Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB). Beliau juga ingin punya santri yang belajar di Australia. Alhamdulillah sudah kesampaian cita-cita beliau,” ungkapnya.
Sosok tegas
Hal senada diungkapkan alumnus Madrasah TBS 2015, Faris Balya. Guru yang sempat mengajar Ilmu Nafsi itu merupakan sosok yang tegas dalam segala hal, termasuk membuat target belajar.
“Setelah lulus sekolah, kalau mau kuliah ya harus empat tahun selesai. Setelah itu baru ke tahap selanjutnya. Begitu pula kalau memilih di pesantren, dalam jangka waktu berapa tahun harus selesai. Begitu kira-kira ucapan beliau,” tuturnya.
Mahasiswa UIN Walisongo Semarang itu menambahkan, sosok yang sempat menjabat menjadi kepala sekolah cukup lama itu senang memberikan motivasi kepada santri-santri.
“Waktu itu saya mengambil jurusan bahasa, beliau memotivasi bahwa ketika belajar bahasa harus sungguh-sungguh. Karena ketika kita menguasai bahasa, berarti menguasai dunia. Itu yang masih saya ingat sampai sekarang,” ungkapnya.
Hal yang sama juga disampaikan alumnus Madrasah TBS 2011, Izzil Mala. Kiai Musthafa Imron, kata dia, merupakan sosok visioner dan ingin membangun madrasah TBS menjadi lebih sukses.
“Setiap mengajar beliau selalu menceritakan alumni yang telah sukses agar kita semua termotivasi. Oleh karena itu, banyak murid yang senang dengan beliau,” ujarnya.
Izzil menambahkan, KH Musthafa Imron pernah bercita-cita memiliki madrasah dengan model seperti kampus. “Alhamdulillah Ma’had Aly TBS sekarang sudah terwujud,” pungkasnya.
Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori