Wayang Wolak-walik, Upaya Ki Juma'ali Kenalkan Seni Wayang ke Anak-Anak
Senin, 13 Mei 2024 | 11:00 WIB
Jakarta, NU Online
Juma'ali yang akrab disapa Lek Jum lahir di Malang pada 12 Oktober 1967 dan wafat di Malang pada 5 Mei 2024. Selain dikenal sebagai aktivis Lembaga Seni Budaya Muslimin Nahdlatul Ulama (Lesbumi), lembaga kebudayaan milik Nahdlatul Ulama (NU), ia juga seorang dalang.
Kreasi dan inovasi yang ia lakukan sebagai seorang dalang adalah dengan membuat wayang wolak-walik yang dibuatnya dari bekas botol plastik. Wayang wolak-walik ini tidak mengenal pakem, baik dari segi alur, maupun penokohan.
Selain itu, wayang wolak-walik dibentuk dalam gaya kontemporer dan dapat diciptakan dengan cepat sesuai dengan tema cerita yang ingin disampaikan, dengan kata lain karakter dalam wayang wolak-walik ini bebas. Ada tokoh walisanga, tokoh pendiri NU KH Hasyim Asy'ari, Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Pengurus Lesbumi PBNU yang juga seorang dalang Ki Ardi Purbo Antono menjelaskan bahwa wayang wolak-walik merupakan upaya dari Lek Jum untuk mengenalkan wayang kepada anak-anak.
"Ia sangat cinta dengan anak-anak kecil, ia memiliki terobosan mengenalkan wayang kepada anak-anak kecil dengan pengenalan wayang versi Lek Jum yaitu wayang wolak-walik," ujarnya kepada NU Online, Ahad (13/5/2024).
Ia menjelaskan bahwa sebelum mereka mulai mencintai wayang purwa atau mempelajari wayang konvensional, mereka diperkenalkan dengan wayang dalam konteks dunia pewayangan ala Lek Jum, yaitu wayang wolak-walik.
Secara filosofis, wayang wolak-walik mencerminkan kondisi manusia saat ini yang sering memutar balikkan fakta atau situasi karena berbagai kepentingan. Oleh karena itu, wayang wolak-walik menjadi alat pendidikan yang mengajarkan tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari.
Kemudian secara fisik, wayang wolak-walik dimainkan di satu layar yang dapat dibolak-balik. Biasanya, permainan melibatkan dua orang yang berada di depan dan di belakang layar.
Seniman tulen, dedikasi tinggi
Ketua Lesbumi PBNU Kiai Jadul Maula mengenang Lek Jum sebagai aktivis senior NU dan seorang seniman tulen dengan dedikasi dan komitmen tinggi terhadap pengembangan tradisi.
"Lek Jum di luar aktivis, itu beliau seniman tulen, seniman tradisional yang punya dedikasi tinggi, punya komitmen untuk pengembangan tradisi itu luar biasa," ujar Kiai Jadul, Ahad (5/5/2024).
Ia mengatakan bahwa Juma'ali dalam pertunjukan kesenian wayangnya memiliki kemampuan untuk menyesuaikan ruangan sesuai dengan situasi. Selain itu ia dapat melakukan pertunjukan di berbagai tempat, termasuk di atas panggung, di tengah pasar, di kuburan, atau di tempat hajatan, dengan fleksibilitas yang luar biasa.
"Bisa pentas di hadapan anak-anak, ibu-ibu, di hadapan remaja, di hadapan orang tua, di depan aktivis, itu luar biasa. Sangat kreatif, kontekstual, luwes terhadap keseniannya. Wayang wolak-walik inovasinya bisa keluar dari pakem dengan luwes dan bahkan mungkin tidak ada pakemnya karena semata-mata menyesuaikan peserta merespon situasi dan improvisasi," pungkasnya.