Opini

Gambaran Tahun 2000 Nasida Ria yang Kini Terjadi

Ahad, 18 September 2022 | 21:00 WIB

Gambaran Tahun 2000 Nasida Ria yang Kini Terjadi

Ilustrasi

Berkeliling Jakarta dapat dilalui dengan tanpa membawa uang tunai. Berbagai kendaraan umum, seperti bus Transjakarta, kereta listrik, hingga kereta MRT sudah diharuskan menggunakan kartu. Tentu tidak lagi ada penarikan biaya di dalam kendaraan karena pembayaran sudah dilakukan di awal sebelum menggunakan moda transportasi yang dipilih. Dengan ketiadan itu, tidak ada lagi orang yang berperan sebagai kondektur.


Hal tersebut menjadi satu gambaran hilangnya satu pekerjaan akibat kehadiran mesin. Era digital yang serba mesin tentu memberikan ekses demikian sehingga tak dapat dielakkan, bahwa pengangguran semakin meningkat seiring kemudahan dalam menjalani kehidupan (bagi yang mampu) juga kian bertambah.


Kondektur barangkali menjadi satu dari 85 juta pekerjaan yang bakal hilang digantikan oleh otomatisasi dan kecanggihan teknologi pada tahun 2025 mendatang menurut prediksi Forum Ekonomi Dunia (WEF).


Jauh sebelum prediksi itu, KH Bukhori Masruri sudah lebih dahulu memberikan gambaran yang sama dalam lagu ciptaannya yang dipopulerkan oleh Grup Kasidah Nasida Ria. Lagu tersebut diberi judul Tahun 2000.


Tahun 2000 kerja serba mesin
Berjalan berlari menggunakan mesin
Manusia tidur berkawan mesin
Makan dan minum dilayani mesin


Lirik lagu di atas betul-betul kita rasakan saat ini. Hampir manusia di era milenium ini tidak bisa lepas dari yang namanya mesin. Semua sektor dan lini kehidupan dibantu dengan kehadiran mesin yang dapat memudahkan dalam menjalankan dan mencapai tujuannya, mulai dari bangun tidur dibantu bunyi alarm hingga tidur lagi dengan musik pengantar.


Mungkin saat itu, mesin yang dimaksud masih belum terbayangkan seperti apa bentuknya hingga penggunaannya. Namun kini, hal tersebut memang terwujud nyata dalam genggaman setiap insan.


Adalah ponsel atau gawai. Dalam berlari, kita dibantu oleh ponsel untuk mengetahui jarak dan waktu tempuhnya. Hal ini sudah tidak asing bagi kita yang gemar berolahraga. Dalam tidur, bunyi alarm untuk membangunkan tidur juga diatur dalam ponsel. Pun musik yang diputar untuk mengantarkan tidur juga dimainkan melalui ponsel. Bahkan untuk membantu makan dan minum, kita cukup menyentuh layar ponsel untuk memesan makanan dan minuman yang kita inginkan.


Sungguh mengagumkan tahun 2000
Namun demikian penuh tantangan


Hal yang digambarkan tentu saja mengagumkan sampai sekarang. Terlebih bagi orang di masa 40 tahun yang lalu, ketika semua hal tersebut memang belum begitu mewujud dalam alam nyata.


Sebegitu mengagumkannya tahun 2000 itu digarisbawahi oleh KH Bukhori Masruri sebagai pencipta, bahwa masa tersebut penuh tantangan.


Tantangan dan bekal

Demikian visionernya Kiai Bukhori, tantangan yang tak terbayangkan oleh orang lain di masa itu pun digambarkan betul olehnya dalam lirik berikutnya.


Penduduk makin banyak, sawah ladang menyempit
Mencari nafkah semakin sulit
Tenaga manusia banyak diganti mesin,
Pengangguran merajalela
Sawah ditanami gedung dan gudang,
Hutan ditebang jadi pemukiman
Langit suram udara panas akibat pencemaran

 

Penduduk pun semakin bertambah. Bila kita mendengar lagu Rhoma Irama beberapa tahun sebelum lagu itu tercipta, ada sebuah lagu yang menggambarkan jumlah penduduk Indonesia, yaitu 135 Juta Penduduk Indonesia. Sementara kini, penduduk Indonesia sudah dua kali lipatnya, yaitu tak kurang dari 270 juta.


Hal ini tentu saja berdampak pada persaingan dalam memperoleh pekerjaan yang layak. Tak pelak, pengangguran yang meninggi pun tak dapat dielakkan. Ditambah lagi tenaga manusia tergantikan dengan kinerja teknologi yang dinilai lebih efektif dan efisien.


Belum lagi, lahan yang kian menyempit dengan bertumbuhnya perumahan. Hutan pun semakin gundul sehingga penyerap udara kotor pun kian langka. Sementara kendaraan semakin banyak sehingga pencemaran udara dan hawa panas tak dapat dihindarkan.


Semua hal itu sudah disadari betul oleh Kiai Bukhori sehingga tervisualisasikan dalam lirik lagu yang ia ciptakan. Dalam rangka meminimalisasinya, kiai yang pernah menjadi Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah itu memberikan dua bekal, yaitu ilmu dan iman.


Tahun dua ribu tahun harapan,
Yang penuh tantangan dan mencemaskan
Wahai pemuda dan para remaja,
Ayo siapkan dirimu
Siapkan dirimu, siap ilmu siap iman
Siap


Wahai pemuda remaja sambutlah
Tahun 2000 penuh semangat
Dengan bekal keterampilan,
Serta ilmu dan iman
Bekal ilmu dan iman.


Syakir NF adalah Redaktur NU Online.