Saya pun mengikuti shalat berjamaah Idul Fitri di Masjid Zaitunah. Masjid yang menjadi cikal bakal lahirnya kampus tertua di dunia, yaitu Universitas al-Zaitunah (737 M).
"Selamat hari raya, semoga setiap tahun kamu berada dalam kebaikan," ucap salah seorang warga Tunisia kepada saya. Terlihat warga Tunisia menyambut hari raya Idul Fitri dengan penuh suka cita. Sejak beberapa hari sebelum lebaran, warga Tunisia sudah memenuhi pasar untuk membeli baju baru dan kue-kue manis seperti kue kertas, baklawa, dan makanan khas lebaran lainnya.
Tentu suasana ini mengingatkan saya kepada Tanah Air tercinta. Betapa warga Indonesia sangat berbahagia menyambut hari kemenangan. Namun begitu, kerinduan saya kepada Indonesia terobati dengan melihat warga Tunisia yang menyambut hari raya dengan penuh gagap-gempita sebagaimana di bumi Nusantara. Idul Fitri selalu spesial dan menyenangkan, di mana pun.
Pada hari raya Idul Fitri, warga Tunisia mendatangi masjid sejak jam 5 pagi. Mereka memadati masjid dan mengumandangkan takbir secara menggema. Tangis haru dan bahagia mengiringi lantunan takbir. Tentu warga Tunisia sangat gembira karena tahun ini merupakan shalat Idul Fitri pertama yang dilakukan secara berjamaah di masjid pasca-dua tahun berturut-turut dilaksanakan di rumah masing-masing akibat pandemi.
Saya pun mengikuti shalat berjamaah Idul Fitri di Masjid Zaitunah. Masjid yang menjadi cikal bakal lahirnya kampus tertua di dunia, yaitu Universitas al-Zaitunah (737 M). Masjid Zaitunah pun menjadi simbol kehangatan antara hubungan manusia dan sesamanya (hablum minan nas) dan hubungan manusia dan Penciptanya (hablum minallah). Karena masjid ini berada di tengah-tengah pasar di mana terjadi transaksi antarmanusia. Lalu pada saat memasuki waktu shalat, semua kegiatan berhenti dan warga Tunisia berbondong-bondong menegakkan shalat, menghadap sang Pencipta dengan khusyuk di masjid bersejarah itu.
Sejatinya, agama dan kehidupan manusia tidak boleh dipisahkan. Tetapi justru agama adalah kehidupan itu sendiri. Setiap langkah yang kita lakukan harus bersamaan dengan nilai-nilai dan ajaran agama. Syekh Muhammad Tahir Ibnu 'Asyur, pemikir dan ulama asal Tunisia, melalui kitabnya "Ushul al-Nizham al-Ijtimai fi al-Islam" mengingatkan bahwa orang yang dapat memahami hakikat agama dapat tumbuh membangun peradaban manusia yang berkeadaban dan berkemajuan.
"Irhamu man fil ardhi, yarhamkum man fis sama", yang artinya, "Sayangilah penduduk bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu". Hadits itu disampaikan oleh Khatib Idul Fitri di masjid Zaitunah. Tentu hadits ini menjadi pijakkan bagi kita bahwa sesungguhnya misi paripurna manusia hidup di muka bumi ini adalah untuk menjaga hak-hak asasi manusia dengan menebar kasih sayang, saling menghargai, empati, dan peduli.
Setelah shalat Idul Fitri, warga Tunisia saling bersalaman dengan penuh kehangatan. Tak cukup itu, mereka pun saling merangkul dan memeluk sebagai tanda cinta serta persaudaraan. Saya pun merasakan sendiri kehangatan warga Tunisia. Mereka merangkul dan memeluk saya seraya mendoakan kebaikan. Keramahtamahan memang sudah menjadi sifat yang melekat pada diri warga Tunisia.
Selepas menunaikan shalat Idul Fitri di masjid, warga Tunisia berkumpul dengan keluarganya. Makan bersama, saling menyampaikan selamat dan doa, saling memberi maaf, berbagi hadiah, dan menghidupkan hari lebaran dengan meriah.
Adapun saya dan teman-teman pelajar Indonesia di Tunisia mengadakan halal bihalal dan makan bersama di Sekretariat Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Tunisia. Sebagai diaspora Indonesia, tradisi ini yang selalu kami tunggu-tunggu. Karena ketika ada perkumpulan sesama warga Indonesia, pasti selalu ada makanan khas Indonesia yang dapat mengobati kerinduan kepada Tanah Air. Tahun ini saya menikmati bakso yang dimasak dan dihidangkan oleh teman-teman Indonesia. Rasanya maknyus.
Istimewanya, kegiatan halal bihalal ini dihadiri oleh Duta Besar RI untuk Tunisia KH Zuhairi Misrawi–yang akrab disapa dengan sebutan Gus Mis–bersama keluarga. Selain melindungi dan melayani, KBRI Tunis selalu mendukung kegiatan-kegiatan mahasiswa Indonesia di Tunisia. Tentu hal ini yang juga membuat kami senang dan bersyukur. Walaupun jauh dari orang tua, rumah, dan tanah kelahiran, tetapi sesungguhnya KBRI adalah orang tua sekaligus rumah di perantauan yang senantiasa merangkul kami.
Bagi saya, nuansa kasih sayang selalu melekat pada hari raya lebaran. Lebaran menjadi momen menebar kepedulian dan cinta terhadap sesama. Karena sesungguhnya setiap ajaran yang Islam hadirkan adalah ajaran-ajaran yang dapat menjalin kasih sayang serta merajut tenun persaudaraan antarsesama.
Nata Sutisna, Mahasiswa Universitas Al-Zaitunah, Tunisia