Opini

Munas-Konbes 2023, Syair Shalawat, dan Kehadiran NU

Senin, 18 September 2023 | 19:00 WIB

Munas-Konbes 2023, Syair Shalawat, dan Kehadiran NU

Pembukaan Munas dan Konbes NU 2023. (Foto: NU Online/Suwitno)

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama tahun 2023. Munas-Konbes dibuka oleh Presiden Joko Widodo di Pondok Pesantren Al-Hamid, Jakarta, pada 18 September 2023. Kegiatan ini mengangkat tema Mendampingi Umat, Memenangi Masa Depan.


Munas-Konbes dan tema yang diangkat ini menegaskan keberadaan NU di tengah masyarakat adalah tidak berdiri di atas menara gading. NU tidak hidup sendiri namun hidup membersamai masyarakat, bangsa, dan negara.


Berbagai permasalahan dibahas oleh para ulama dan pengurus PBNU serta PWNU Se-Indonesia didasarkan pada perkembangan dinamika di masyarakat. Semua itu dicarikan solusi terbaik yang bermuara pada kemaslahatan bersama.


Di antara materi pembahasan pada Munas Alim Ulama NU 2023 ini adalah kecerdasan buatan (AI), dam haji, konsep al-i’anah ‘ala al-ma’shiyah (membantu kemaksiatan), hubungan ulama dengan umara (pemerintah), RUU Perampasan Aset, sekolah lima hari, dan aturan turunan RUU Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren.


Upaya luhur NU melalui Munas-Konbes untuk memberikan yang terbaik pada masyarakat ini mengingatkan penulis pada sebuah potongan syair shalawat berjudul "Ya Rasullah Salamun Alaik" yang sering terdengar mengalun lembut di keheningan malam. Terdapat syair dalam shalawat tersebut berbunyi: “Na'riful bath-hâ' wa ta'rifunâ, Wash-shafâ wal baitu ya,lafunâ” ("Kami kenal  (detailnya)  padang pasir (Makkah) dan ia mengenal kami. Demikian pula (lika-liku) Bukit Sofa dan Ka'bah"). Ini menyiratkan kedekatan dan keintiman antara umat dengan Rasulullah Saw. 


Syair shalawat tersebut bukan hanya sekedar kata-kata, melainkan sebuah refleksi mendalam tentang hubungan yang erat antara umat dengan tempat-tempat suci dan Rasulullah Saw. Dari sini, kita dapat menarik benang merah tentang bagaimana sebuah organisasi, khususnya Nahdlatul Ulama (NU), seharusnya berinteraksi dengan masyarakat.


Masyarakat adalah entitas yang kompleks, penuh dengan dinamika dan keanekaragaman. Memahami masyarakat bukanlah hal yang sederhana. Namun, sebagaimana Rasulullah Saw yang dengan penuh kasih sayang memahami umatnya, NU pun harus mampu memahami masyarakat dengan sepenuh hati. Setiap aspirasi, harapan, dan tantangan yang dihadapi masyarakat harus menjadi perhatian utama NU. Dengan pemahaman yang mendalam, NU dapat memberikan solusi dan panduan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.


Namun, apa artinya pemahaman tanpa kehadiran yang nyata? Tema "Munas dan Konbes NU 2023: Mendampingi Ummat Memenangi Masa Depan" seolah menjadi jawaban atas pertanyaan tersebut. Seperti Safa dan Ka'bah yang menjadi tempat suci dan tempat berlindung bagi umat Islam di syair shalawat itu, NU juga harus hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai pelindung, pemberi bimbingan, dan sumber inspirasi. Kehadiran NU harus dirasakan sebagai kehadiran yang memberikan manfaat dan kontribusi positif bagi masyarakat.


NU harus memastikan bahwa setiap program dan kegiatan yang dijalankan selaras dengan kebutuhan dan harapan masyarakat. Sinergi antara NU dan masyarakat adalah kunci keberhasilan dalam mencapai visi dan misi. Dengan sinergi yang baik, masyarakat akan merasa didukung dan diberdayakan, sementara NU akan semakin kuat sebagai organisasi yang berpihak pada kepentingan umat.


Menilik sejarah, sebagai sebuah organisasi Islam yang memiliki sejarah panjang di Indonesia dan dikenal sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di dunia, NU memang didirikan sebagai respons terhadap perkembangan politik, sosial, dan agama di Indonesia kala itu.


Di antara prinsip utama yang diemban oleh Nahdlatul Ulama adalah kemaslahatan bersama. Prinsip ini adalah salah satu dasar ajaran Islam yang menekankan pentingnya kesejahteraan bersama dan kepentingan umat. NU memiliki komitmen dan terbukti telah mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Indonesia untuk menggapai kemaslahatan umum.


Nahdlatul Ulama telah menunjukkan bukti dan berperan penting dalam mengedepankan pendidikan, kesejahteraan sosial, penyebaran Islam yang moderat di Indonesia dan mendorong perdamaian, toleransi, serta pluralisme dalam konteks keberagaman agama dan budaya di Indonesia.


Sebagai organisasi yang mengedepankan kemaslahatan umum, Nahdlatul Ulama memiliki peran penting dalam membangun Indonesia sebagai negara yang berlandaskan pada prinsip-prinsip sosial keadilan, solidaritas, dan kesejahteraan bersama. Prinsip-prinsip ini selaras dengan nilai-nilai Islam yang mendorong umatnya untuk berkontribusi dalam menciptakan kebaikan dan kesejahteraan bagi masyarakat luas.


Kedekatan dan keintiman yang tergambar dalam syair shalawat tersebut harus menjadi inspirasi bagi kita semua, khususnya NU, dalam upaya terus berinteraksi dan berkontribusi bagi masyarakat. Semoga dengan pemahaman yang mendalam dan kehadiran yang nyata, NU dapat terus mendampingi umat memenangi masa depan.


Puji Raharjo Soekarno, Ketua Tanfidziyah PWNU Lampung