Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, dalam Muqaddimah Qanun Asasi mengemukakan, “Mereka mengajak kepada Kitab Allah, padahal sedikit pun mereka tidak bertolak dari sana. Mereka tidak berhenti sampai di situ, malahan mereka mendirikan perkumpulan (organisasi) bagi kegiatan mereka tersebut. Maka kesesatan pun semakin jauh. Orang-orang yang malang beramai-ramai memasuki perkumpulan itu.”
Kalimat-kalimat itu ditujukan Hadratussyekh untuk mengingatkan kepada umat Islam, khususnya warga Ahlussunnah wal Jama’ah an- Nahdliyah, untuk tidak terjun dalam lautan fitnah, apalagi ikut mengobarkannya. Beliau mengatakan: “Sementara itu ada segolongan orang yang terjun ke dalam lautan fitnah.” Jelas disadari, umat Islam Indonesia tidak lepas dari terkaman api fitnah yang merajalela, baik dulu atau sekarang. Dalam konteks itu, Hadratussyekh mengingatkan, akan banyak orang mengutip Al-Qur’an dan mengajak kepada Al-Kitab, tetapi sejatinya mereka tidak berpijak dari sana.
Oleh karena itu, Hadratussyekh mengingatkan, “Perpecahan adalah penyebab kelemahan, kekalahan, dan kegagalan sepanjang zaman,” dan fitnah adalah bagian dari sumber dari perpecahan itu.
Tentang fitnah yang sudah merajalela itu, juga menggerus Muslimin Indonesia, dan khususnya ditujukan kepada masyarakat NU, yaitu yang hubungannya dengan negara dan dasar Negara. Tidak hanya belakangan ini saja, tetapi juga sudah sejak lama ketika Republik ini telah berdiri. Digambarkan bahwa negara yang seperti NKRI dengan dasar Pancasila ini adalah tidak mencerminkan Islam. Pemerintah adalah thaghut dan yang mendukungnya adalah pembela thaghut. Ending - nya mereka berkampanye untuk mendirikan khilafah mengganti negara nasional dan Pancasila, sebagian menginginkan negara Islam dan mengulang tradisi Kartosoewirjo, dan sebagian membayangkan ingin perang Suriah segera terjadi dan daulah islamiyah seperti ISIS berdiri, dan hal-hal lain lagi.
Tulisan ini berusaha memenuhi permintaan dari sebagai sahabat-sahabat dan santri-santri pesantren yang menginginkan jawaban dari kemelut fitnah yang membuncah itu: bagaimana NU melihat dasar negara dan asas Pancasila? Karenanya fokus dari tulisan ini adalah NU dan dasar negara, yang dengan sendirinya juga membicarakan bentuk negara nasional dan hubungannya dengan agama.
Paling tidak, bagi sahabat-sahabat kami, adik-adik kami, orang-orang tua kami, dan saudara-saudara kami, semoga memberi manfaat meski hanya secuil. Agar yang bimbang kembali kokoh, yang kokoh merapatkan barisan, yang telah merapatkan barisan agar ikut terjun dalam jihad di dalam segala lapangan kehidupan untuk mengokohkan bangunan yang telah ada, dan mengisinya untuk menjaga dan memelihara NKRI- Pancasila-UUD 1945, dengan semangat dan ruh Ahlussunnah wal Jama’ah an- Nahdliyah. Wallahu a’lam.
Penulis adalah anggota PP RMINU dan alumnus Pondok Pesantren Darunnajah Banyuwangi.