Saat Sadio Mane Mengegolkan Rumah Sakit dan Sekolah di Desanya
Jumat, 24 Juni 2022 | 18:45 WIB
Berduet dengan Mohamed Salah di lini depan, Sadio Mane membawa Liverpool menuju puncak kejayaan. Selain dapat mengakhiri puasa gelar Liga Premier Inggris selama 30 tahun, duet penyerang Afrika itu juga mengantarkan klub tersebut tiga kali masuk final Liga Champions Eropa dengan satu kali membawa pulang pialanya.
Prestasinya yang sedemikian moncer ini membuat namanya melambung. Karirnya di Eropa diawali dengan membela sebuah klub Prancis, FC Metz pada tahun 2011. Di klub tersebut, ia masih tampak biasa saja. Meskipun demikian, perjalanannya berlanjut ke Austria dengan membela Red Bull Salzburg pada tahun 2012. Ia berhasil membukukan 19 gol di musim pertamanya dan 23 gol di musim keduanya. Penampilannya tersebut menarik Southampton untuk merekrutnya.
Baca Juga
Cara Gus Dur Membaca Sepak Bola
Saat membela klub berjuluk The Saints itu, Mane berhasil mencatatkan rekor hattrick tercepat. Dalam 2 menit 56 detik, tiga gol berhasil ia lesakkan ke gawang Aston Villa dan membawa timnya itu memenangkan pertandingan dengan skor 6-1.
Tak ayal, penampilannya yang sedemikian ciamik itu membuatnya tak bertahan lama di Southampton. Sebab, Juergen Klopp merekrutnya setahun kemudian untuk menambah daya gedor Liverpool. Klopp kepincut dengannya karena pemain asal Senegal itu berhasil menjegal kemenangan tim asuhannya.
Saat membela The Reds, pesepakbola Muslim itu memperoleh gaji 1,8 Miliar Rupiah per pekannya. Gajinya yang sedemikian besar ini tidak dinikmatinya untuk foya-foya sendiri. Pada pertengahan tahun lalu, Mane menyumbangkan gajinya untuk membangun sebuah rumah sakit di desa tempat kelahirannya, Bambali. Lebih dari 9 miliar Rupiah ia donasikan untuk membangun rumah sakit tersebut.
Niatnya itu juga disampaikan secara langsung kepada Presiden Senegal. Ia berharap tenaga medis dari negara untuk dapat mengisi rumah sakit yang dibangun dari kocek pribadinya itu.
“Pesepakbola Sadio Mané diterima sore ini oleh Presiden @Macky_Sall. Striker Liverpool telah memberikan kepada Kepala Negara proyek ambisius untuk membangun rumah sakit di Bambali dan mengandalkan dukungan negara untuk tenaga medis,” tulis akun Twitter resmi Presiden Senegal pada 11 Juni 2021.
Dikutip dari The Guardian, Mane menceritakan bahwa ayahnya meninggal setelah menderita penyakit berminggu-minggu. Sempat mengonsumsi obat tradisional dan cukup membuat penyakitnya reda, tetapi berikutnya obat tersebut tidak membuatnya lebih baik. Sementara Bambali, sebuah wilayah yang ditinggalinya itu tidak memiliki rumah sakit.
Ketika sang ayah meninggal, perubahan besar terjadi pada keluarganya. Karenanya, Mane bertekad untuk melakukan hal terbaik bagi keluarganya, khususnya ibunya.
Pendirian rumah sakit juga mengingatkannya pada adiknya yang lahir di rumah karena ketiadaan rumah bersalin. Tak dinyana, dua dekade berikutnya, rumah sakit berdiri dengan biaya sepenuhnya dari Mane.
“Saya ingat adik saya juga lahir di rumah karena tidak ada rumah sakit di desa kami. Itu adalah situasi yang sangat, sangat menyedihkan bagi semua orang. Saya ingin membangunnya untuk memberi harapan kepada orang-orang,” katanya sebagaimana dikutip dari The Guardian.
Sebelumnya, dilaporkan CNN, Mane juga telah mendonasikan $350,000 (£250,000) atau lebih dari 6 miliar Rupiah untuk membangun sebuah sekolah di desanya itu. Ia juga membagikan 300 kaos Liverpool untuk laga kandang. Karenanya, desa tempat tinggalnya tersebut dapat mengenakan kaos tersebut pada laga final Liga Champions 2020.
Mane beralasan, bahwa hal tersebut lebih bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya ketimbang membeli 10 Ferrari, 20 jam tangan berlian, atau pun dua pesawat yang tidak jelas kemanfaatannya bagi dirinya dan orang-orang di negaranya.
Ia yang dulu bermain sepak bola tanpa alas kaki, kini keuletannya tersebut diganjar dengan sangat baik. “Hari ini dengan apa yang saya peroleh berkat sepak bola, saya dapat membantu orang-orang saya," jelas Mane sebagaimana dikutip dari as.com.
Lebih dari itu, Mane juga membangun stadion, menyediakan pakaian, sepatu, makanan untuk orang-orang yang sangat miskin. Ia juga memberikan 70 Euro per bulan untuk semua orang di wilayah yang sangat miskin di Senegal yang berkontribusi pada ekonomi keluarga mereka.
“Saya tidak perlu memamerkan mobil mewah, rumah mewah, perjalanan dan bahkan pesawat. Saya lebih suka orang-orang saya menerima sedikit dari apa yang telah diberikan kehidupan kepada saya,” ungkap pria 30 tahun itu.
Sekalipun gajinya yang melangit dan kerap berbagi dengan orang banyak, ponsel yang dimilikinya itu sangat sederhana dengan layar yang pecah-pecah.
Kini, ia bakal memulai karirnya di Jerman dengan membela klub Bayern Munchen. Kapten Timnas Senegal itu akan menerima gaji 2,5 kali lipat dari gajinya saat membela Liverpool, yakni 4,53 miliar Rupiah per pekannya.
Penulis: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad