Timnas sepak bola Indonesia akan menghadapi timnas Kerajaan Arab Saudi nanti malam 08/09 Oktober 2025 pada putaran keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia di King Abdullah Sport City, Jeddah.
Pasukan Garuda harus waspada dengan kekuatan Elang Hijau. Ingat timnas Arab Saudi adalah satu-satunya tim yang mengalahkan Argentina, sang juara dunia, dari seluruh pertandingan piala dunia 2022 di Qatar. Padahal saat itu, Argentina diperkuat oleh taburan bintang kelas dunia, termasuk legenda sepak bola dunia Lionel Messi. Kemenangan atas Argentina itu telah jadi folklore “keajaiban” bangsa Saudi “Baru” saat ini.
Sepak bola sekitar sepuluh tahun terakhir telah menjelma jadi salah satu pilar penting nation building kerajaan itu. Kerajaan itu tak lagi menjadikan agama sebagai landasan utama dan satu-satunya dalam rekonstruksi kebangsaannya. Imajinasi kesaudian yang terus digelorakan sekarang ini adalah bangsa yang kuat, maju, terbuka, inovatif dan modern, bukan Arab Saudi yang konservatif dengan penerapan aturan-aturan keagamaan yang ketat.
Sepak bola adalah salah satu pemersatu dan sumber identitas kolektif baru “bangsa Saudi” yang secara demogratif semakin muda. Oleh karena itu, pemerintah Arab Saudi mentransformasikan sepak bola sebagai salah satu proyek strategis kerajaan itu. Arab Saudi melakukan investasi besar-besaran di bidang sepak bola. Langkah-langkah besar diambil untuk mendukung perkembangan sepak bola Arab Saudi seperti memperbaiki sistem dan atmosfer Saudi Pro League, swastanisasi empat klub “utama” di bawah pembiayaan PIF, mendatangkan bintang-bintang besar sepak bola dunia seperti Christiano Ronaldo, Sadio Mane, Karim Benzema, N’Golo Kante, dan masih banyak lainnya.
Bersaing dengan Qatar dan Uni Emirat, Arab Saudi juga membangun imej sebagai negara sponsor sepak bola dunia dengan membeli klub legendaris Inggris, Newcastle United. Semua itu jadi alat diplomasi untuk memperkenalkan Arab Saudi “baru” ke pentas global. Negara ini juga telah resmi jadi tuan rumah Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2034 yang tentu akan melejitkan profil kerajaan ini di mata dunia.
Sepak bola juga jadi ladang baru bagi pendapatan kerajaan itu dari sektor nonminyak. Diversifikasi ekonomi adalah strategi terpenting kerajaan itu dalam menghadapi ekonomi pasca minyak sebagaimana digariskan oleh Ru’yah 2030 Kerajaan itu. Sepak bola dan olahraga lain seperti event FI, tinju, e-sport dan lainnya jadi salah satu pilihan hiburan dan pariwisata warga Arab Saudi yang selama ini “haus” hiburan. Event-event besar olahraga juga menarik wisatawan dari luar meski saat ini masih terbatas.
Karena itu, jumlah wisatawan Arab Saudi sudah menembus angka 100 juta per tahun pada tahun lalu, tentu termasuk wisatawan domestik. Padahal jumlah itu ditargetkan baru akan tercapai pada tahun 2030. Artinya, wisatawan domestik yang biasanya melakukan perjalanan ke negara tetangga seperti Bahrain, Kuwait, Emirat, Mesir dan lainnya untuk mengambil liburan pendek akhir pekan mulai banyak menjadikan obyek wisata dalam negeri sebagai tujuan.
Sepak bola juga jadi simbol bagi masyarakat dan kebudayaan baru Arab Saudi yang terbuka. Pada masa sebelumnya, sulit terjadi di kerajaan itu bagi laki-laki dan perempuan bisa berkumpul dalam satu ruang publik seperti di arena sepak bola. Para mutawa (polisi syariah) di bawah lembaga Haiah Amar Ma’ruf Nahi Munkar tentu menghardik bahkan bisa menangkap para pumuda-pemudi yang berkerumun dalam satu tempat (ikhtilath).
Saat ini, pasca reformasi besar-besaran, lembaga polisi syariah dan para mutawa ini sudah diamputasi kewenangannya. Lembaga-lembaga yang populer saat ini adalah Haiah Ammah li al Tarfih (General Entertainment Authority), Sunduq Istitsmarat Ammah (PIF), dan lainnya. Bahkan liga sepak bola untuk perempuan (al dawri al-Saudiy al-mumtaz li al sayyidat) sudah berlangsung beberapa tahun di negeri itu.
Singkatnya, sepak bola bukan sekadar olahraga bagi kerajaan Arab Saudi sekarang. Sepak bola adalah simbol, identitas baru, dan citra mereka di kancah internasional. Karena itu, mereka sangat serius mempersiapkan diri untuk pertandingan di putaran keempat ini melawan Indonesia dan Irak.
Kesaudian “baru” ini terus digelorakan secara masif dan ekstensif tidak hanya melalui media konvensional seperti TV al-Arabiyyah, koran al-Okaz, al-Riyadh dan sebagainya. Namun juga digencarkan secara lebih masif dan intens melalui berbagai platform media-media baru seperti YouTube, IG, X, dan lainnya dengan engagement yang luar biasa luas, khususnya di kalangan anak-anak muda. Simbol-simbol kenegaraan Arab Saudi, simbol dan jargon Visi 2030 seperti We are Saudi, Saudi First tersebar secara masif beriringan dengan pemberitaan mengenai pembangunan proyek-proyek raksasa dan reformasi di hampir semua bidang. Bidang politik tentu termasuk pengecualian.
Spartan
Timnas Indonesia tidak perlu gentar menghadapi pasukan al-Shaqour al-Khadhar. Memang ada kekhawatiran mengenai sedikitnya waktu istirahat antar pertandingan bagi timnas Indonesia dan Irak yang hanya berselang tiga hari, sementara timnas Arab Saudi memiliki waktu istirahat dua kali lipat lebih panjang.
Namun, timnas kita didukung oleh sekitar 280 juta rakyat Indonesia, sekitar delapan kali lipat penduduk Arab Saudi. Dan yang sangat penting, dalam pertandingan terdekat sebelumnya, Indonesia sudah pernah mengalahkan Arab Saudi dan sekali bermain seri. Sejak itu, publik Arab Saudi pun sudah tersadar bahwa Indonesia adalah lawan yang serius. Kisah epik mengalahkan timnas Argentina tak memberi jaminan sedikit pun bagi superioritas mereka atas Indonesia.
Itu pun kekuatan timnas kita saat itu masih belum ditambah dengan tujuh pemain naturalisasi baru dengan kualitas yang lebih baik. Oleh karena itu, pasukan Garuda harus memiliki keyakinan penuh, menjaga keseimbangan, dan bermain spartan.
Indonesia juga memandang pertandingan ini bukan sekedar pertandingan olahraga biasa. Tapi sebagai pemersatu, sumber kebanggaan, dan harga diri bangsa. Emosi dan perasaan bangsa ini menyatu seiring pergerakan bola. Rakyat bersatu dalam semangat, cita, dan rasa. Lemah lunglai bersama ketika gawang timnas kita dibobol lawan. Dan sebaliknya kita bersorak serentak seluruh negeri, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Pulau Rote, ketika gol tercipta, berbagi rasa bangga dan bahagia tak terkira, ditumpahkan dengan ekspresi segala rupa. Meskipun kadang juga ada para pejabat yang memanfaatkan tidak pada tempatnya.
Ayo, pasukan Garuda!!!. Tunjukkan kepak sayapmu di Kota “Nenek Kita” semua. Terus terbang tinggi di langit al-Nafud dan al-Rub al-Kholi hingga dunia mengerti bahwa Merah Putih pantas berkibar tinggi!!!
Ibnu Burdah, Pemerhati Timur Tengah, Guru Besar UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta