Pustaka

Confessions of an Economis Hitman

Sabtu, 17 Juni 2006 | 10:44 WIB

Indonesia Dijerat Utang untuk Dijajah

                

<<>;SPAN style="FONT-SIZE: 10pt; FONT-FAMILY: Georgia">           Dua hari lalu penulis membeli buku John Perkins yang berjudul Confessions of an Economic Hit Man.  Penulis baru membaca buku ini sampai halaman 70 dari total 225 halaman. Tanpa komentar apa pun, dalam artikel ini penulis kemukakan beberapa paragraf yang sangat relevan bagi Indonesia. Paragrap tersebut penulis terjemahkan secara bebas kedalam bahasa Indonesia.

           Pada halaman ix ditulis: “buku ini saya dedikasikan kepada dua orang Presiden dari dua Negara yang pernah menjadi client saya. Mereka sangat saya hormati dan selalu saya kenang dalam semangat persaudaraan, yaitu, Jaime Rold’os, Presiden Ecuador dan Omar Torrijos, Presiden Panama.

Kedua meninggal dunia dalam tabrakan (crash) yang sangat mengerikan. Kematian mereka bukan karena kecelakaan. Kedua Presidenya mati dibunuh karena mereka menentang ‘persaudaraan’ (fraternity) dengan para pemimpin  dunia korporasi, yaitu pemerintah dan perbankan yang tujuanya membentuk kerajaan (empire) dunia. Kami (EHM-singkatan dari Economic Hit Man) gagal membawa Rold’os dan Torrijos mengikuti perintah-perintah (to get them around) sang penguasa, dan hit men jenis lain, yaitu para penjagal CIA yang selalu dibelakang kami mengambil alih (stepped in).

“Saya selalu berhasil dihalangi agar tidak menulis buku ini. Selama dua puluh tahun terakhir saya menulis buku ini empat kali. Setiap kali saya didorong untuk menulis oleh kejadian-kejadian yang penting, yaitu invasi oleh Amerika Serikat ke Panama pada 1989, Perang Teluk Pertama, perang Somalia, dan bangkitnya Osama Bin Laden.”

“Pada 2003, presiden dari sebuah perusahaan penerbit besar menolak menerbitkan buku saya ini karena dia tidak dapat menanggung (afford) amarah dan penentangan oleh markas besar organisasi-organisasi dunia. Dia menganjurkan saya agar membuatnya seolah-olah fiktif, seperti gayanya John le Carr’e atau Graham Green.”

 

: Puji Utomo


Terkait