Pustaka

Dahsyat, Syarah Arbain Nawawi Ini Ditulis Anak-anak Usia Belia

Jumat, 3 Juni 2016 | 21:35 WIB

Menulis bukanlah suatu hal yang tidak mungkin dikerjakan oleh santri yang masih duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah. Faktanya, buku berjudul Belajar Bahagia dari Nabi SAW ini ditulis oleh sekumpulan anak usia 11-12 tahun yang sedang belajar di Pesantren Hadis Darus Sunnah, Ciputat Tangerang Selatan. 

Buku terbitan Maktabah Darus Sunnah ini menjadi bukti betapa manjurnya pesan Almaghfurlah KH Ali Mustafa Yaqub yang berbunyi, “Wa la tamutunna illa wa antum katibun” (Dan janganlah kalian meninggal kecuali sudah punya karya tulis). Pesan yang selalu diulang-ulang ini tak cukup hanya masuk ke telinga maupun dalam hati para santri, namun langsung termanifestasikan melalui karya nyata.

Buku Belajar Bahagia dari Nabi SAW merupakan syarah (penjelasan) dari kitab Arbain an-Nawawi karya Imam an-Nawawi. Hanya saja penjelasan kitab tersebut tidak seperti yang disusun oleh para ulama besar, yang penuh dengan bahasa sulit dan terkadang membuat pusing pembacanya.

Penjelasan kitab Arbain ini ditulis dengan gaya ringan, renyah dan mengalir. Tidak ada kata-kata ilmiah, begitu juga istilah-istilah berat. Anak-anak ini mampu meringkas bahasa-bahasa hadits dan syarahnya yang cukup rumit dengan sederahana, mirip catatan harian.

Saat membaca buku ini kita akan disuguhkan “narasi-narasi unik” juga poin-poin penting yang kemudian dideskripsikan. Setiap hadits diberi judul yang bisa menarik perhatian pembaca. Bahkan beberapa penulis mengaitkan penjelasan-penjelasan dalam hadits dengan kejadian-kejadian yang umunya kita alami. Tentunya semua kejadian itu merupakan olahan sudut pandang para penulis yang notabennya masih imut-imut.

Meski demikian, diantara penulis ada juga yang mengutip beberapa pendapat atau adagium dari ulama untuk sekedar menguatkan penjelasan yang mereka tulis. 

Literasi Pesantren 
Terbitnya buku Bahagia dari Nabi SAW  ini menjadi bukti bahwa dunia literasi pesantren cukup berwarna. Tidak hanya didominasi kiai maupun santri-santri dewasa. Dunia literasi pesantren juga meliputi seluruh generasi, tak terkecuali anak-anak usia belia. 

Tradisi menulis perlu dikembangkan, tanpa meninggalkan tradisi setoran, apalan, lalaran, sawiran yang sudah menjadi kewajiban setiap santri. Tradisi literasi yang mulai diperkenalkan sejak dini akan melahirkan kader-kader pesantren yang tidak hanya cakap ceramah, tapi juga produktif dalam menelurkan karya, sebagaimana para ulama Nusantara terdahulu. Al-khattu yabqa zamanan fil ardhi, wa katibul khatti tahtal ardhi madfunun. (Tulisan akan selalu kekal walaupun sang penulis sudah terkubur di dasar bumi).


Info Buku:
Judul  : Belajar Bahagia dari Nabi SAW
Penulis : Santri Kelas VII Madrasah Darus Sunnah (Santri Hadis Darus Sunnah Pertama ‘Sahadat’)
Penerbit : Maktabah Darus Sunnah 
ISBN : 978-602-96931-7-1
Halaman : xvi+225
Cetakan Pertama: Mei 2016

Peresensi
M. Alvin Nur Choironi 
Mahasantri Darus Sunnah International Institute for Hadith Sciences, Ketua HMJ Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Sekretaris Nasional Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis se-Indonesia.


Terkait